Sahara,
sebuah animasi asal negara yang memiliki menara eiffel, Prancis
mempunyai plot apa yang sering dimiliki oleh sebuah film bergenre
romance kebanyakan, dua makhluk yang merasa bosan terhadap tempat
tinggalnya dan bertemu dengan makhluk lain yang bernasib sama, hendak
memulai petualangan sambil turut menyelipkan kisah cinta seiring mereka
bersama, hingga pada puncaknya sang karakter utama berjuang dengan atas jawaban dari "how far would you go for someone love?"
Karakter yang mengalami semua itu adalah Ajar (Omar Sy) ular berkulit gelap yang tinggal di gurun pasir yang tandus dan kering, sering mengalami bullying akibat ia di pandang aneh oleh ular lain karena berteman dengan Pitt (Franck Gastambide) seekor kalajengking yang setia bersamanya. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke daerah seberang yang mana tempat itu adalah tempat para ular hijau tinggal. Dengan aksi nekat, Ajar pun menyambangi tempat itu hingga bertemu dengan seekor ular hijau bernama Eva (Louane Emera) yang bernasib sama seperti Ajar. Bisa di tebak, mereka kemudian saling jatuh cinta seiring perjalanan yang mereka lalui, hingga puncaknya kala Eva di tangkap oleh seorang pawang ular bernama Omar (Brady Moffatt), dan Ajar pun harus menyelamatkan sosok tercinta, dan melewati segala rintangan yang berbahaya sekalipun.
Seperti yang telah saya singgung di atas, Sahara mengikuti pakem khas romance yang sering kita jumpai. Formulanya sudah dapat di tebak. Penceritaan Pierre Coré (yang juga sebagai sutradara) terkesan mulus meski tak ada yang bebar-benar baru dari film ini. Sesekali penonton akan memberikan atensi terhadap karakter namun itu tak berjalan secara lama, kurangnya karakterisai terhadap karakter pun menjadi salah satu masalah film ini.
Naskahnya memang tak menawarkan sesuatu hal yang baru, namun terkesan efektif membentuk narasi cerita, sesekali karakter yang tengah berada pada situasi menantang maut, namun itu di selesaikan amat menggampangkan, tak ada sebuah lonjakan atau belokan terhadap penceritaan yang membuat film ini terkesan monoton dan flat. Gubahan musik dari Jérôme Rebotier tampil sesuai porsi, terutama kala ia mampu memberikan situasi yang hangat pada dua karakter yang tengah di mabuk asmara, serta editing dari Fanny Bouquard yang turut sumbangsih memberikan sebuah background yang menyejukan mata.
Pada akhirnya, Sahara adalah sebuah animasi medioker yang sering kamu jumpai sebelumnya, tak memiliki cerita yang baru serta tak adanya lonjakan mengukuhkan pada kenyataan bahwa selain medioker film ini pun tak punya kekuatan untuk bercerita yang terkesan play safe meskipun adegan menuntut para karakter menantang maut sekalipun. Perlu di perhatikan film ini tak cocok untuk konsumsi anak-anak karena adegan semacam kissing di tampilkan begitu gamblang.
SCORE : 2/5
0 Komentar