Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

CHRISYE (2017)

Di tangan yang salah-jika menengok sumber aslinya, Chrisye memang bakalan jatuh pada sebuah film bertemakan biografi yang konvensional. Perjuangan mengejar mimpi, gemerlap industri musik, romansa hingga kaitannya dengan sebuah unsur religiusitas. Memang semua dijabarkan secara bertahap, nihil sebuah kelokan atau modifikasi. Namun, yang membuatnya terasa istimewa, Chrisye tampil dalam sebuah titik sentral filmnya yang saling bertautan, terlebih filmnya seolah mempunyai benang merah berupa "spiritualitas".

Itulah yang memimpin sebuah biopik dari seorang musisi ternama tanah air yang bernama lengkap Chrismansyah Rahadi (Vino G. Bastian) dalam melangkahkan sepak terjangnya meraih mimpi, meski keinginanya ditolak oleh sang ayah (Ray Sahetapy), pun demikian dengan alasannya memilih Damayanti Noor (Velove Vexia) sebagai pendamping hidupnya ditengah perbedaan kepercayaan masing-masing. Seperti yang telah saya singgung diatas, filmnya sendiri saling bertautan terlebih mengenai unsur spiritualitas yang dalam film ini, seperti kala keputusan sang ayah untuk menyetujui Chrisye dalam bermusik kala ia mendapati mimpi ditegur oleh sesosok pria berpakaian putih, atau kala Chrisye memutuskan untuk masuk Islam yang ditampilkan memainkan hati alih-alih sebuah keputusan mendadak.

Dengan begitu, Chrisye layak sekali disebuat sebagai film religi. Setidaknya itu yang acap kali ditampilkan oleh Rizal Mantovani selaku sutradara. Memang tak perlu sebuah ajakan untuk berceramah atau kesan terlampau menggurui, Rizal menempatkan penonton pada sisi ruang personal Chrisye yang penuh akan kemelut batin, keraguannya hingga puncaknya kala kerapuhan sang musisi ketika menyanyikan lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata menjadi puncak kulminasi pergolakan batin filmnya.

Memang naskah garapan Alim Sudio berdasarkan pengalaman sang istri dari Chisye, Damayanti Noor kerap mengalami sebuah transisi kasar, terlebih filmnya yang berjalan episodik dari tahun ke tahun yang berdampak pada beberapa hal yang tak terjamah dan terlupakan, semisal bagaimana Chrisye mampu mendobrak panggung musik tanah air, semua tersaji terlampau cepat tanpa adanya sebuah proses, untungnya semua itu tak merusak apa yang telah dibangun sedari awal terkait sebuah benang merah bernada spiritualitas, Rizal mampu menjaga semua itu.

Sebelumnya, Rizal memang sering menggarap video klip. Kepiawaiannya pun ia tampilkan kala film menampilkan sebuah proses rekaman untuk Aneka Ria Safari atau pemotretan album untuk nomor Aku Cinta Dia semua tersaji bak menyaksikan pemotretan dan pembuatan video klip asli, kesan realis pun mampu muncul kala menyaksikannya yang mana bagi penggemar Chrisye akan mudah untuk bernostalgia, hingga memunculkan sebuah emosi sekalipun.

Vino G. Bastian tampil memukau memerankan Chrisye, kepiawaiannya menampilkan sosok Chrisye yang kaku dan penuh ragu begitu tersaji realistis, terlebih kala pergantian usia yang semakin tua, tata kostum hingga make pun berjalan mengiringi, membuatnya bak semakin mirip dengan tokoh aslinya. Velove Vexia unjuk kebolehan bermain olah rasa, terlebih kala ia mendapati keinginan Chrisye untuk berpindah agama, sayang semakin bertambahnya usia tata make up urung berjalan sejajar, yang mana bak seolah tak ada perubahan dengan karakternya. Demikian pula dengan rambut palsu yang terlihat menggelikan yang dikenakan oleh Andi Arsyil Rahman ketika memerankan Erwin Gutawa. Sementara Roby Tremonti yang memerankan Jay Subiyakto tampil mencuri perhatian ditengah penampilan singkatnya.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar