Di
tangan yang salah-jika menengok sumber aslinya, Chrisye memang bakalan
jatuh pada sebuah film bertemakan biografi yang konvensional. Perjuangan
mengejar mimpi, gemerlap industri musik, romansa hingga kaitannya
dengan sebuah unsur religiusitas. Memang semua dijabarkan secara
bertahap, nihil sebuah kelokan atau modifikasi. Namun, yang membuatnya
terasa istimewa, Chrisye tampil dalam
sebuah titik sentral filmnya yang saling bertautan, terlebih filmnya
seolah mempunyai benang merah berupa "spiritualitas".
Itulah
yang memimpin sebuah biopik dari seorang musisi ternama tanah air yang
bernama lengkap Chrismansyah Rahadi (Vino G. Bastian) dalam melangkahkan
sepak terjangnya meraih mimpi, meski keinginanya ditolak oleh sang ayah
(Ray Sahetapy), pun demikian dengan alasannya memilih Damayanti Noor
(Velove Vexia) sebagai pendamping hidupnya ditengah perbedaan
kepercayaan masing-masing. Seperti yang telah saya singgung diatas,
filmnya sendiri saling bertautan terlebih mengenai unsur spiritualitas
yang dalam film ini, seperti kala keputusan sang ayah untuk menyetujui
Chrisye dalam bermusik kala ia mendapati mimpi ditegur oleh sesosok pria
berpakaian putih, atau kala Chrisye memutuskan untuk masuk Islam yang
ditampilkan memainkan hati alih-alih sebuah keputusan mendadak.
Dengan begitu, Chrisye layak sekali disebuat sebagai film religi.
Setidaknya itu yang acap kali ditampilkan oleh Rizal Mantovani selaku
sutradara. Memang tak perlu sebuah ajakan untuk berceramah atau kesan
terlampau menggurui, Rizal menempatkan penonton pada sisi ruang personal
Chrisye yang penuh akan kemelut batin, keraguannya hingga puncaknya
kala kerapuhan sang musisi ketika menyanyikan lagu Ketika Tangan dan
Kaki Berkata menjadi puncak kulminasi pergolakan batin filmnya.
Memang naskah garapan Alim Sudio berdasarkan pengalaman sang istri
dari Chisye, Damayanti Noor kerap mengalami sebuah transisi kasar,
terlebih filmnya yang berjalan episodik dari tahun ke tahun yang
berdampak pada beberapa hal yang tak terjamah dan terlupakan, semisal
bagaimana Chrisye mampu mendobrak panggung musik tanah air, semua
tersaji terlampau cepat tanpa adanya sebuah proses, untungnya semua itu
tak merusak apa yang telah dibangun sedari awal terkait sebuah benang
merah bernada spiritualitas, Rizal mampu menjaga semua itu.
Sebelumnya, Rizal memang sering menggarap video klip. Kepiawaiannya pun
ia tampilkan kala film menampilkan sebuah proses rekaman untuk Aneka Ria
Safari atau pemotretan album untuk nomor Aku Cinta Dia semua tersaji
bak menyaksikan pemotretan dan pembuatan video klip asli, kesan realis
pun mampu muncul kala menyaksikannya yang mana bagi penggemar Chrisye
akan mudah untuk bernostalgia, hingga memunculkan sebuah emosi
sekalipun.
Vino G. Bastian tampil memukau memerankan
Chrisye, kepiawaiannya menampilkan sosok Chrisye yang kaku dan penuh
ragu begitu tersaji realistis, terlebih kala pergantian usia yang
semakin tua, tata kostum hingga make pun berjalan mengiringi, membuatnya
bak semakin mirip dengan tokoh aslinya. Velove Vexia unjuk kebolehan
bermain olah rasa, terlebih kala ia mendapati keinginan Chrisye untuk
berpindah agama, sayang semakin bertambahnya usia tata make up urung
berjalan sejajar, yang mana bak seolah tak ada perubahan dengan
karakternya. Demikian pula dengan rambut palsu yang terlihat menggelikan
yang dikenakan oleh Andi Arsyil Rahman ketika memerankan Erwin Gutawa.
Sementara Roby Tremonti yang memerankan Jay Subiyakto tampil mencuri
perhatian ditengah penampilan singkatnya.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar