Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

BERLIN SYNDROME (2017)

Setiap sebuah novel yang ditorehkan dari buah pikiran yang kemudian dibukukan dalam sebuah karya dan kemudian di publish dan mampu menarik pangsa pasar dan kemudian dibuat untuk kepentingan hiburan dalam sebuah balutan layar (baca: adaptasi) jelas mempunyai maksud untuk mengulang kesuksesan yang telah dicapai novelnya terdahulu, trend adaptasi memang kian marak digunakan oleh para filmmaker pada saat ini, dengan tujuan seperti diatas, dan tentunya sangat mudah dalam menarik atensi penonton, terlebih jika penonton telah membaca bukunya terlebih dahulu. Tak mau ketinggalan dengan trend masa kini, sutradara Cate Shortland menyadur novel best seller dari Melanie Joosten yang berjudulsama. Berlin Syndrome it's like "Fifty Shades of Grey" meets "Room" in one screen.

Clare (Teresa Palmer) seorang jurnalis yang melakukan perjalanan ke Berlin demi kepentingan kerja, ia emudian berkencan dengan serang guru bahasa Inggris bernama Andi (Max Riemelt), setelah berkencan dan memadu kasih selama satu malam, Andi berubah menjadi seorang pria yang possesive yang kemudian mengurung Clare di Apartmen tua yang ditempatinya.

Sex, sensualitas, emosi, dan upaya mencari jalan keluar adalah empat elemen yang coba digambarkan oleh Shortland. Setelah kamu membaca sinopsis diatas jelas timbul sebuah pertanyaan terkait siapa jati diri "Andi" sebenarnya. Jelas memang bukanlah sebuah hal yang baru dalam pioner film thriller, memasukan karakter dengan penyakit jiwa maupun psycho telah berulang kali dilakukan oleh para sineas film, namun pertanyannya adalah seberapa bagus karakter itu diolah oleh sang sutradara?

Cate Shortland cukup piawai dalam mengolah tensi cerita, sejenak mungkin terlihat sederhana tapi dibalik semua itu tersimpan sebuah kesan tersendiri yang bisa dibilang tidak terlalu berambisi layaknya film berjenis sama, Shortland tahu jelas bagaimana membangun sebuah situasi dan luapan amarah yang kian merambah naik pada karakter, dan sejatinya tak terlihat berlebihan dan berada pada mimik yang pas. Begitupun dengan karakter yang mengidap penyakit jiwa sekaligus BDSM terlihat dingin namun pas. Dan tentunya semua itu didukung leh kinerja para pemain, terutama Teresa Palmer dan Max Riemelt.

Yang saya suka dari Shortland disini adalah ia mampu memanfaatkan tensi thriller dalam sebuah balutan one place show, ia tahu jelas momen serta pengadeganan bagaimana untuk membuat kehebohan dan bagaimana untuk berhenti sejenak dan menikmati situasi tanpa adanya kesan terburu-buru yang menjadi penyakit kebanyakan film thriller sekarang, itu yang terasa menarik disini dibalik naskah gubahan Shaun Grant yang memang sangat tipis dan berpotensi untuk ambruk. Sayangnya ada beberapa karakter yang saya rasa tak cukup penting dan ikut andil dalam masalah mereka, dan itu memang yang terasa mengganggu disini, juga sesekali terlihat beberapa adegan tatkala Shortland lengah dalam membuat situasi yang berujung manipulatif.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar