Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

JAILANGKUNG (2017)

Diatas kertas, Jailangkung mempunyai segalanya, mulai dari deretan pemain seperti Amanda Rawles-Jefri Nichol yang sedang berada di popularitasnya, hingga kembalinya sang maestro horor Rizal Mantovani-Jose Poernomo yang sebelumnya sukses menggarap "Jelangkung" 16 tahun yang lalu bahan konon filmnya pun menghabiskan dana sekitar 10 milyar dan sukses menduduki salah satu film dengan penonton terbanyak. Sebuah kesuksesan yang luar biasa bukan? Namun apakah kesuksesan di segi finansial itu berimbang sama dengan segi kualitas yang dihasilkan? Sayangnya tidak.

Kembalinya duo sutradara Rizal Mantovani-Jose Poernomo yang kali ini dibantu oleh sokongan naskah dari Baskoro Adi Wuryanto (Bulan Terbelah di Langit Amerika 2, Ghost Diary, Sawadikap) menggantikan Adi Nugroho (Ruang, Strawberry Surprise). Jailangkung memakai template umum, kisahnya mengantaran kita pada perjalanan tiga kakak beradik, Bella (Amanda Rawles), Angel (Hannah Al Rashid) dan Tasya (Gabriella Quinlyn) menuju sebuah pulau bernama Alas Keramat, tempat dimana sang ayah, Ferdi Wijanarko (Lukman Sardi) berada terakhir kali sebelum koma. Dibantu Rama (Jefri Nichol) seorang pemuda yang ahli ilmu kejawen, mereka menemukan rahasia mengerikan yang bertahun-tahun disimpan Ferdi, khususnya terkait sebuah benda bernama Jailangkung.

Walaupun adegan pembuka cenderung terburu-buru, Jailangkung jelas mempunyai setumpuk potensi selain yang saya tuliskan diatas, yakni seputar mitos jawa yang berkaitan dengan ilmu kejawen serta sebuah latar belaang terkait petmainan Jailangkung sendiri tentunya dengan alasan mengapa Ferdi mendadak koma padahal menurut riset dokter jelas tak ada sebuah penyakit yang berada ditubuhnya. Itu jelas sebuah hal yang harus menjadi patokan cerita guna sebagai bahan elaborasi terkait semua pertanyaan dan asal-usulnya. Namun tatkala memasuki media visual, Jalangkung sendiri enggan untuk menjelaskan itu semua, malah yang kamu dapati hanyalah tumpukan demi tumpukan jump scare serta adegan demi adegan yang terlihat konyol turut juga dialog chessy nan dangkal menemani momen tersebut.

Ya, jelas sebuah kegagalan yang luar biasa terhadap apa yang dilakukan Rizal-Jose disini, seperti mengkhianati "niatan" utama yang seharusnya di elaborasi, khususnya terkait asal-usul jailangkung itu sendiri, terasa konyol memang jika sebuah film menggunakan judul ''Jailangkung'' namun didalamnya sendiri nihil akan sebuah esensi terkait judulnya itu sendiri. Sinematografi karya Jose Poernomo jelas terlihat megah dengan menggunakan sebuah rumah megah yang didalamnya terdapat ornamen-ornamen aneh serta pemakaian helikopter sebagai sarana transportasi menuju pulau tersebut, sayang semuanya tak mendukung inti film ini. Naskahnya pun urung untuk memberikan sebuah tontonan untuk jawaban terkait latar belakang diatas belum lagi setumpuk pertanyaan terkait mengapa Ferdi merekam aktivitas demi aktivitasnya di pulau tersebut, kalau lain dan tak bukan untuk memunculkan momen flashback, serta kakak gila mana yang mengajak adik kecilnya untuk ikut ke pulau yang jelas mereka sendiri belum tahu, dan yang paling parah lagi adalah kakak gila mana yang meninggalkan adiknya di sebuah kamar di rumah tersebut serta remaja gila mana yang adem ayem menonton video pernikahan orang tuanya dikala kondisi sang ayah yang tengah koma, bukan mencari jalan keluarnya melainkan ikut sedih akan situasi.

Menuju third act, film ini hanya akan diisi nuansa berisik serta penampakan hantu yang kian tampil lalu lalang serta ditemani adegan demi adegan yang tampil konyol (misalnya adegan tatkala Ferdi melihat di sebuah cermin tengah menggendong hantu, serta Angel yang tiba-tiba mengalami kejadian ganjil dirumahnya yang kemudian melahirkan seorang anak) jelas sebuah kekacauan yang tampil fatal. Lukman Sardi untuk pertama kalinya saya melihat performa akting yang jauhdari kesan bagus seperti biasanya, mungkin disebabkan faktor naskah. Amanda Rawles serta Jefri Nichol yang enggan tampil prima seperti di "Dear Nathan'' untungnya ''Jailangkung'' punya Hannah Al Rashid yang mampu menyuntikan emosi kengerian yang natural, meski nasah harus menuntunnya tampil konyol sekalipun. ''Jailangkung'' tak lebih dari sebuah film produksi Screenplay yang terlihat megah serta menawan di tampilan luarnya namun di dalamnya terkesan rapuh.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar