Mengangkat
sebuah adaptasi live action ke dalam sebuah film memang sesuatu yang
sangat menarik, dimana sebuah adaptasi itu akan tergambar secara lebih
jelas dan bukan sebuah bacaan, ya, mungkin akan terasa sangat lengkap.
Tapi, jika sebuah adaptasi yang dibuat tidak memenuhi keinginan penonton
dan pembaca, maka sebuah adaptasi itu hanya akan dianggap biasa saja.
Adaptasi Tarzan mungkin sudah banyak di filmkan. Ya, adaptasi ini memang sangat populer dan tak asing di telinga masyarakat. Siapa sih yang gak kenal dengan manusia yang dibesarkan di alam liar oleh para kera? Saking populernya adaptasi ini sudah di filmkan ke beberapa genre berbeda mulai dari comedy, animasi, bahkan versi porno sekalipun.
Apakah dari saking banyaknya adaptasi yang di filmkan sudah terasa pas dan memenuhi kriteria penonton? Pertanyaan itu mungkin stuck di pikiran saya, saya rasa dari saking banyaknya adaptasi Tarzan mungkin belum ada yang pas di hati saya.
Tumbuh dan berkembang di hutan, di bawah
asuhan Mangani dan para kera lainnya, Tarzan (Alexander Skarsgard) telah
menjadi manusia normal dan telah lama meninggalkan hutan Afrika dan
kini hidup sebagai aristocrat di London dengan nama John Clayton III.
Suatu ketika, Tarzan di undang kembali ke Congo free state sebagai
utusan dagang dari House of Commons, namun celakanya Tarzan yang datang
bersama istrinya, Jane Porter (Margot Robble) tidak menyadari bahwa
mereka menjadi "alat" dari sebuah rencana jahat yang didalangi oleh
koruptor asal Belgia yang bernama Captain Leon Rom (Christoph Waltz).
The Legend of Tarzan mengangkat tema dan plot yang mungkin beda dari adaptasi film yang lain, dimana di film ini Tarzan tidak lagi tinggal di hutan, dan tak menjadi anak dari kera, bahkan film ini juga menampilkan Tarzan yang clash dan renggang dengan para kera.
Ya, mengangkat sebuah tema yang beda dari film adaptasi sebelumnya, pasti yang di harapkan pasti lebih, The Legend of Tarzan sebenarnya menurut saya berpeluang menjadi film yang keren, tapi mungkin David Yates, kurang memperhatikan plot dan intrik yang penting sehingga terasa kurang, misalnya pertengkaran antara Tarzan dan seorang kepala suku, Chief Mbonga (Djimon Hounsou) yang mempunyai dendam masa lalu kepada Tarzan, namun sayang, scene itu tak digarap menjadi sebuah tambahan konflik yang keren, dan seolah hanya mengisi kekosongan.
Visual effect CGI yang
mumpuni dan setting hutan yang keren adalah kekuatan film ini, juga
adegan flashbac dan masa lalu Tarzan juga melengkapi film ini, Yates
berhasil menggarapnya sedemikian keren dan menawan. Ya, meskipun Naskah
yang ditulis oleh Adam Cozad dan Craig Brewer mumpuni, namun dalam
penggarapannya kurang mumpuni.
The Legend of Tarzan mungkin akan terasa keren jika film ini lebih memanfaatkan dan mengutamakan skenario yang ada, dan lebih memperhatikan setiap adegan per-adegan dalam film ini.
Meskipun film ini mungkin terasa rancu, tapi setidaknya film ini bisa jadi referensi hiburan nostalgia bagi anda yang kangen dengan si manusia hutan dan mengingatkan tentang memory masa kecil anda.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar