Nini
Thowok adalah sebuah mitologi dari daerah Jawa. Nini Thowok adalah
boneka perempuan yang terbuat dari siwur (batok kelapa), biasa disebut
juga Jelangkung Perempuan dan digunakan sebagai media untuk
berkomunikasi dengan roh orang yang sudah meninggal. Premis yang
dimiliki Nini Thowok jelas menjanjikan. Menyenangkan kala mitologi
daerah lokal kini mulai diangkat ke dalam layar lebar. Namun pertanyaannya adalah sejauh mana kualitas yang dihasilkan?
Sepeninggal Eyang Marni (Jajang C. Noer), Nadine (Natasha Wilona) mendapatkan sebuah warisan berupa hotel Mekar Jiwo di Solo. Hotel dengan nuansa klasik sekaligus peninggalan turun temurun itu mempunyai satu kamar yang tak boleh di buka. Sudah tertebak, Nadine akan membuka kamar tersebut meski larangan dari Mbok Girah (Ingrid Widjanarko) serta Pak Rahmat (Slamet Ambari). Disinilah sebuah peristiwa mistis terjadi, beragam keanehan serta keberadaan boneka Nini Thowok menjadi sebuah misteri.
Meskipun usungan ceritanya terkesan formulaic serta predictable, jelas elaborasi terkait boneka Nini Thowok perlu untuk dibahas. Sayang seperti kebanyakan istilah "ekspetasi enggan berjalan beriringan dengan realita" kini terjadi. Erwin Arnada (Rumah di Seribu Ombak, Guru Ngaji) seolah melupakan sub judul serta tujuan utama kisah dibuatnya film ini. Referensi mengenai Nini Thowok sendiri urung dimanfaatkan pula dijelaskan, kalau bukan hanya sebatas sempilan dalam dialog. Cerita berjalan layaknya sebuah film televisi, begitu mudah, lurus dan tanpa daya sekalipun.
Naskahnya malas dalam ranah elaborasi, pun dengan sosok Nyonya Oie (Gesata Stella) yang seperti nampak dalam poster begitu mengerikan kurang tampil dalam layar. Padahal sosoknya sendiri bisa tampil fenomenal layaknya Asih di film Danur (2017). Sekali lagi, Nini Thowok begitu punya banyak potensi dalam naskahnya. Kala pintu terbuka penggarapan Erwin sejatinya cukup menjanjikan, adegan kemunculan hantu dalam lantai sangatlah menyeramkan pula menciptakan pergerakan kamera yang begitu mumpuni. Jump scare-nya pun terhitung efektif sedari awal. Menyaksikan Nini Thowok memang nihil substansi, alurnya begitu datar tanpa adanya sebuah lonjakan.
Memasuki paruh kedua, fakta mengenai plot hole patut untuk di pertanyakan, seperti saat Naya (Nicole Rossi) adik Nadine menghilang tanpa sebab dan berada di pasar loak. Pertanyaan terkait logika sekali lagi patut untuk dipertanyakan kembali. Belum lagi transisi alur yang kurang rapi serta keberadaan tokoh yang sama sekali kurang akan sebuah karakterisasi, seperti kehadiran sang kekasih Nadine (Amec Aris). Menuju paruh akhir, masalah gampang sekali untuk terselesaikan pula tambahkan twist yang sekali lagi terlampau jamak untuk digunakan.
Nini Thowok memang tak tampil sok berani, meskipun poin cerita penting terabaikan. Setidaknya itu sedikit apresiasi untuk film ini, meskipun apresiasi saja tak cukup kala penggarapan berjalan datar, nihil esensi pun substansi. Kehadiran Natasha Wilona kurang membantu dan tak berada pada perfoma meyakinkan, namun Jajang C. Noer dan Ingrid Widjanarko sukses meraih atensi berkat performa misterius nan menjanjikan, walaupun filmnya sendiri jauh dari kesan menjanjikan.
SCORE : 1.5/5
0 Komentar