Total Dhamaal (Total Fun) adalah film yang terang-terangan tampil berantakan dan menimbulkan setumpuk tanda tanya. Dari sini, saya paham betul apa yang hendak dibuat oleh sutradara Indra Kumar dalam melengakapi film ketiga pasca Dhamaal (2007) dan Double Dhamaal (2011) yang juga disutradarainya adalah sebuah karya murni untuk hiburan tanpa repot-repot memikirkan sebuah korelasi ditengah cerita "pertemuan tak terduga" miliknya. Jika anda mengesampingkan hal demikian, Total Dhamaal adalah sebuah film yang sukses menjalankan tujuannya sebagai tontonan yang totally fun.
Semua berawal dari uang gelap yang dicuri Guddu (Ajay Devgn) dan rekannya, Johnny (Sanjay Mishra) dari seorang Polisi Komisiaris Mumbai (Boman Irani) di sebuah gedung bertingkat. Guddu dan Johnny turut pula dibantu sang sopir, Pintoo (Manoj Pahwa) yang justru kabur melarikan diri membawa ₹500 juta. Naskah yang dikerjakan secara keroyokan oleh: Ved Prakash, Paritosh Painter, Bunty Rathore berdasar ide sang sutradara menerapkan pola formulaik berupa "pengejaran dan pengancaman" yang berujung pada sebuah kekacauan.
Kekacauan yang dilakukan Pintoo adalah dengan membawa uang tersebut melalui pesawat-tanpa tahu cara mengendalikannya. Dalam sebuah kecelakaan itu hadir pula: Avinash Patel (Anil Kapoor) dan Bindu Patel (Madhuri Dixit) yang dalam pengajuan proses perceraiannya. Lallan (Riteish Deshmukh) dan Jhingur (Pitobash Tripathy), dua orang mantan pemadam kebakaran yang dipecat karena kasus suap. Aditya (Arshad Warsi) dan Manav (Javed Jaffrey), dua saudara kandung yang baru saja menerima pekerjaan di sebuah galeri toko antik yang berujung pemecatan karena merusak barang antik. Semuanya menjadi saksi atas wasiat Pintoo pasca melihat raut wajah mereka yang penuh keserakahan-perihal sebuah uang yang ia ambil dan berada di sebuah kebun binatang di Janakpur.
Dari sini, unsur komedi berkali-lipat di mulai, kala mereka berlomba memperebutkan uang dengan segala rintangan yang menghadang. Tentu, sudah barang pasti kala menikmati sajian comedy hanyalah untuk tertawa tanpa memikirkan alur cerita, Total Dhamaal jika ditilik dari segi filmis memang luar biasa kacau, alurnya berjalan acak tanpa memperhatikan tempo, pula cerita yang bak sebuah kumpulan sketsa yang dirajut paksa. Dan apa yang disajikan Indra Kumar adalah sebuah kelucuan yang membuat bibir tak henti-hentinya tersenyum dan tertawa-meski di beberapa adegan tampil kurang lepas. Bisa disimpulkan bahwa komedinya berjalan hit and miss.
Tetapi, saya tak membantah perihal dialog dangkal yang tak cukup pintar itu berhasil meraih atensi saya dan mengundang senyum tawa. Sebutlah adegan di sebuah kantor perceraian, di mana Madhuri Dixit dan Anil Kapoor yang dipersatukan kembali-memamerkan sebuah barter kalimat yang mampu mengundang gelak tawa, terlebih Madhuri dalam salah satu dialog panjangnya yang menggambarkan sang suami dengan perilaku hewan (clue: Dokter hewan) tambahkan sebuah adega kala ia memanjat kelapa yang kembali membuncahkan gelak tawa lepas saya.
Komedinya tampil medioker. Kesukseannya justru hadir dari para pemain yang tampil gemilang pula lepas. Ajay Devgan dengan kebiasaan selfie-nya, Madhuri-Anil dengan kepiawaian berkelakarnya, Riteish-Pitobash dengan kenekatannya, Arshad Warshi dengan kegenitannya dan kredit lebih patut disematkan kepada Javed Jaffrey yang pasca banyak berperan sebagai bandit maupun villain justru meninggalkan urat malunya kala ia dituntut bertingkah polos serta lugu dan cenderung bodoh miliknya. Tampil pula sang maestro comedy: Johnny Lever dalam peran singkat yang sukses menebarkan tawa.
Rintangan yang mereka lalui memang terlalu berlebihan untuk ukuran komedi. Namun, saya kembali tak keberatan jika itu semua tampil sesuai sasaran-yang nyatanya apa yang mereka alami takkan terjadi di dunia nyata. Indra Kumar sangat menyukai komedi slapstick yang bermula pada dialog karakter yang berujung pada kenyataan. Ini yang paling direpetisi dan sedikit menimbulkan sebuah kebosanan tersendiri dalam penerapannya.
Untungnya, visual effect yang cukup rapi (di beberapa titik kentara kasar) memfasilitasi film ini dalam sebuah adegan kebun binatang yang kembali menyunggingkan senyum. Meski dalam penerapannya-yang menggiring pada sebuah konklusi terlampau buru-buru. Terlebih, kala Indra Kumar memaksa memasukkan sebuah moral value terkait menjaga hewan dan mengurangi keserakahan. Ini sejatinya cukup kasar jika dikaitkan. Saya memafhumi hal tersebut demi sebuah kepuasan eskapisme sinematik dalam menontonnya. Bukankah tontonan demikian yang banyak dicari?
SCORE : 3/5
0 Komentar