Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

3 DARA 2 (2018)

3 Dara 2 selaku sekuel dari 3 Dara (2015) ini sejatinya sudah berada di jalan yang tepat guna melanjutkan penceritaan yang "tak melenceng" alih-alih dipaksakan demi meraup pundi-pundi finansial (film pertamanya menghasilkan 666 ribu penonton). Memberikan sebuah satir lucu terhadap isu gender tetap di pertahankan, terlebih, seperti yang telah diucapkan Windy (Rianti Cartwright) sang psikolog, bahwa ketiga tokoh utama filmnya menunjukkan perilaku misogynist serta male chauvinist. Sulit untuk memungkiri bahwa 3 Dara 2 adalah film komedi, hingga isu sosial yang hendak disampaikan pun turut tenggelam berkat komedi berlebih miliknya.
 
 
Ya, memang sebuah film komedi haruslah berlebihan. Penerapan hiperbolis diterapkan guna memberikan sebuah kesan lucu yang membedakannya dengan dunia nyata. Komedinya sejatinya berjalan dengan cukup baik berkat performa ketiga tokohnya yang cukup solid. Masih mengetengahkan kisah Jay (Adipati Dolken), Affandy (Tora Sudiro) dan Richard (Tanta Ginting) yang kali ini "tak menjadi wanita", melainkan harus bertukar peran dengan para istri. Singkatnya, mereka adalah bapak rumah tangga.
 
 
Ya, itu semua terjadi akibat sebuah investasi yang berujung pada sebuah penipuan, memaksa Jay, Affandy serta Richard mengungsi sementara di rumah Eyang Putri (Cut Mini), ibunda Aniek (Fanny Fabriana), istri Affandy. Dari sini semua itu bermula, kala Aniek bersama Grace (Ovi Dian) dan Kasih (Rania Putrisari) memutuskan untuk bekerja di samping para suami mengurus rumah. Jay bersih-bersih, Affandy mencuci, dan Richard berbelanja serta masak. Pekerjaan yang awalnya dianggap sepele ini tentulah merepotkan. Terlebih, hadirnya Jentu (Soleh Solihun) si pembantu rumah tangga yang diberikan wewenang lebih oleh Eyang Putri selama ia berlibur ke Eropa.
 
 
Monty Tiwa (Critical Eleven, Rompis), Nataya Bagya (7/24, 3 Dara) serta Fatmaningsih Bustamar (Demi Cinta, Meet Me After Sunset) memang telah memilih jalur yang tepat guna menggulirkan penceritaan, meski sejatinya tak punya cukup daya guna menghantarkannya pada sebuah sajian yang benar-benar menohok dalam upaya meneriakkan kesetaran gender, memberikan senuah pelajaran para male chauvinist maupun misogynist pun nyatanya tersaji prematur, apalagi bagi para mereka pemuja toxic masculinity.
 
 
Ini disebabkan berkat separuh durasi yang hanya tersusun atas repetisi komedi para tokohnya. Ini berakibat fatal pada sebuah pesan yang hendak disampaikan kala mayoritas filmnya hanya menuturkan beragam komedi yang dilebih-lebihkan tanpa adanya sebuah esensi yang jelas. Meskipun bekerja tampil solid berkat penghantaran kaya chemistry, tindakan mereka tak lebih dari membuat kesalahan-dihukum-mencari jalan keluar-ulangi kesalahan. 
 
 
Tak aneh jika rasa jemu menerpa kala menyaksikan 3 Dara 2 yang justru mengkhianati aspek terpenting filmnya demi setumpuk komedi bodoh miliknya. Pun, sangat mengejutkan kala 3 Dara 2 membuka sebuah twist, ya saya kaget mendapati tontonan ini menutup filmnya dengan sebuah konklusi yang luar biasa malas.
 
 
Ditengah setumpuk kelemahan filmnya, gaya penyutradaraan Monty Tiwa sejatinya cukup terasa, sebutlah daya hiburan miliknya kala dalam salah satu adegan yanh turut menampilkan Ari Wibowo. Selebihnya, 3 Dara 2 adalah sebuah sekuel yang tak mewarisi semangat pendahulunya. Inilah yang kita sebut dengan sebuah film yang diawal tampak menjanjikan yang berakhir mengecewakan.
 
 
SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar