Meskipun lagi-lagi hasil adaptasi utas viral (kali ini milik akun Bang Betz Illustration, yang sebelumnya menuliskan cerita Sumala), Santet Segoro Pitu memberikan sebuah angin segar tatkala cakupannya kali ini tak melulu membahas demit maupun hantu konvensional. Pertanyaannya, apakah adaptasi kali ini memberikan hasil yang maksimal?
Keluarga Sucipto (Christian Sugiono) adalah keluarga yang bahagia. Ia hidup bersama sang istri, Marni (Sara Wijayanto) dan ketiga anaknya: Ardi (Ari Irham), Syifa (Sandrinna Michelle) dan Arif (Khafi Al-Juna). Keharmonisan mereka harus terusik selepas sang ayah menemukan sebuah kain berbungkus di halaman toko miliknya. Tak butuh waktu lama bagi Sucipto untuk merasakan dampaknya, mulai dari muntah darah hingga tak sadarkan diri.
Semenjak itu, keanehan demi keanehan kerap terjadi, mengancam satu-persatu nyawa keluarganya. Ardi yang memiliki indera keenam kemudian meminta bantuan Pak Rustam (Agus Firmansyah) yang kemudian diketahui bahwasannya keluarga mereka mendapat kiriman santet yang tidak bisa dan bukan berasal dari daerah Jawa. Santet itu bernama segoro pitu yang berasal dari Kalimantan.
Ditulis naskahnya oleh Riheam Junianti (Indigo, Panggonan Wingit, Sumala), Santet Segoro Pitu memang tampil tanpa basa-basi, namun ini justru membuat sedikit cela dalam build-up-nya yang terlampau buru-buru. Salah satu yang paling krusial misalnya perihal keistimewaan yang dimiliki Ardi sedari kecil, persentasinya kurang memadai, seolah menghilangkan urgensi, di samping penokohan yang sebatas hadir di permukaan.
Beruntung, pengarahan Tommy Dewo (Ratu Adil, Serigala Terakhir, Nightmare and Daydreams) tetap terajaga stabil, utamanya dalam menampilkan segala macam demit yang hadir dalam penampakan yang tidak lazim, memberikan kesegaran terhadap eksplorasi makhluk baru potensial secara tepat guna dalam menyibak sisi tergelap pasar.
Tak bisa dipungkiri, nantinya Santet Segoro Pitu akan menampilkan deretan kematian para karakternya yang terkena santet, di sini beragam macam gore ditumpahkan (sebagaimana ciri khas Hitmaker Studios), namun alih-alih membuat ngeri, kehadirannya tampil begitu datar. Kurangnya timing pengadeganan hingga pembangunan yang terasa kosong menjadi penyebab utama hilangnya paranoia.
Secercah harapan tampil ketika Ardi bersama Syifa memutuskan untuk mengambil air di tujuh lautan Jawa, di sana beragam makhluk ditampilkan. Permasalahan sama pun kembali terulang, potensi makhluk yang beragam tadi (disebut sebagai penjaga Pantai) tak dimanfaatkan untuk memberikan ancaman, melainkan hanya sebatas "setor muka" lalu menghilang. Kemalasan bercerita pun menjangkiti deretan dialog yang dilontarkan karakternya yang sebatas mengulang nama masing-masing.
Final-act yang seharusnya memanas pun kekurangan tenaga karena narasinya tampil tertatih-tatih. Alhasil, teror dari Suanggi (pujian bagi orang di belakang layar yang menggunakan efek praktikal mumpuni) tampil begitu lemah, sebatas menyerang dan memutuskan organ tanpa adanya sebuah ketegangan. Santet Segoro Pitu memang jauh dari kata sempurna, namun setidaknya ia tampil cukup berbeda dibandingkan para kompatriotnya.
SCORE : 3/5
0 Komentar