The Bayou menjanjikan banyak hal. Pertama, berita dari koran yang menyebutkan bahwa manusia mencuri telur buaya dan dijual dalam harga mahal, yang mampu memberikan jawaban rasional bagi kelangsungan filmnya. Kedua, premis mengenai buaya terkontaminasi oleh cairan narkoba membuatnya bermutasi menjadi lebih ganas, bahkan mereka tak hanya menyerang untuk sekedar mencari makan, melainkan membunuh. Terdengar seperti sebuah double package popcorn-movie yang yang menyenangkan.
Sebagaimana harapan yang tinggal harapan, secara mengejutkan The Bayou memilih jalur lain yang lebih sederhana dan formulaik. Secercah harapan yang tadinya berkembang kemudian mendadak layu seiring karakter utamanya yang bernama Kyle (Athena Strates), mahasiswa biologi yang menyepelekan materi predator puncak berdasarkan kejadian yang menimpa sang kakak, yang seolah-olah tak memiliki korelasi yang kuat dengan apa yang dijadikan sumber rujukan.
Hendak melarungkan abu milik mendiang, Kyle bersama ketiga sahabatnya: Malika (Elisha Applebaum), Alice (Madalena Aragao), dan Sam (Mohammed Mansaray) pergi beribur ke Florida dengan menyewa jasa pesawat Frank (Andonis Anthony), yang sedari awal tak meyakinkan. Benar saja, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakan dan berlabuh di sebuah rawa yang dihuni kawanan buaya.
Ditulis naskahnya oleh Ashley Holberry dan Gavin Cosmo Mehrtens, The Bayou amat sekali mengandalkan jumpscare berupa serangan buaya yang menerkam mangsanya dengan cara yang cukup efektif, yakni menerkam lewat kepala sang korban. Pemandangan pertama yang ditampilkan mungkin memberikan sebuah penyegaran tersendiri, namun menjadi kurang bertenaga ketika hal ini kian direpetisi.
Naskahnya begitu tipis. Bahkan untuk mengakali hal tersebut, dibuatlah deretan keputusan bodoh yang semata-mata untuk menghadirkan serangan buaya yang menciderai logika penontonnya. Misalnya ketika keputusan salah satu karakternya yang dengan sengaja membangunkan buaya dari tidurnya dengan menyerang lalu mengambil telurnya di saat kawanan temannya tengah membuat rakit kayu. Adegan lain menampilkan karkter yang sama sengaja menunjukkan telur buaya di hadapannya. Saya mempertanyakan kewarasan karakternya yang jauh dari definisi manusia normal.
Pengadeganan sutradara Taneli Mustonen (Bodom, The Twin) dan Brad Watson (Hallows Eve, Beacon77) yang dibekali lokasi memadai pun tak seberapa membantu. Pun, penggunaan CGI pun kentara sangat kasar. Singkatnya, The Bayou dipenuhi kekurangan yang bercampur dengan kebodohan yang tak tertahankan. Seolah tidak sadar dengan statusnya sebagai b-movie, kegilaan yang dihasilkan pun masih terasa canggung, padahal ide kreatifnya dapat dimanfatkan seperti Cocaine Bear (2023) yang tampil mumpuni berkat keberanian meninggalkan citra dan sepenuhnya tampil menggila.
SCORE : 2/5
0 Komentar