Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018) membuktikan bahwa medium animasi mampu mewujudkan kreativitas tanpa batas dalam pengembangan cerita multisemesta yang tak ada bandingnya. Lima tahun berselang, Across the Spider-Verse bukan hanya membutikan lagi melainkan memperluas cakupan visual yang akan memanjakan mata (percayalah, melihatnya di laya bioskop sarat akan sebuah orgasm tersendiri). Siapa sangka sapuan cat animasi penuh warna turut memberikan sebuah nyawa pula rasa setelahnya. Sebuah produk langka yang rasanya mesti dirayakan keberadaannya.
Mengambil setting setahun pasca kejadian film pertama, paruh pertama filmnya mengajak kita untuk mengintip kehidupan Gwen Stacy (Hailee Stenfield) si Spider-Woman lewat jalur personal yang tak pernah kita ketahui sebelumnya. Gwen si drummer rupanya menyimpan luka yang terpendam semenjak kematian Peter Parker di semesta miliknya. Untuk itu ia pun kembali mengunjungi Miles Morales (Shameik Moore) dalam misi mencegah kejahatan yang disebabkan The Spot (Jason Schwartzman).
Sekilas The Spot bak villain biasa yang mampu dilumpuhkan begitu saja, bahkan Miles pun menyebutnya sebagai "villain of the week". Namun, siapa sangka dalam postur tubuh sederhana bak kumpulan warna putih dengan bercak hitam (layaknya polkadot dalam kain putih) ia mampu melintasi multisemesta lewat ulahnya. Dari sini, Miles pun turut berkesmpatan berkenalan dengan Miguel O'Hara alias Spiderman 2099 (Oscar Isaac) sang pemimpin Spider-People dalam sebuah tempat bernama Spider-Society. Dari sana pula kita turut melihat beragam jenis varian Spider-Man yang tak kalah unik dan eksentrik semisal Spider-Man India (Karan Soni), Spider-Man Punk (Daniel Kaluuya) hingga sang kawan lama, Peter B. Parker (Jake Johnson) yang kini merupakan seorang ayah bagi anak perempuan yang memiliki kekuatan sepertinya.
Masalah muncul tatkala Miguel menganggap bahwa Miles tak cocok mengembam tugas sebagai Spider-Man, terlebih kala ia mulai turut campur dalam merubah "canon events" yang membuatnya menjadi buronan Spider-People. Sekilas, tak ada yang benar-benar baru dari naskah buatan Phil Lord, Christopher Miller dan Dave Callaham selain turut menggunakan pakem serupa. Namun, itu bukan sebuah permasalahan mengingat filmnya turut memberikan cakupan lebih bagi premis sederhana yang ternyata menyimpan beragam makna, sebutlah keputusan Miles yang merupakan wujud teen-angst bagi mereka yang menolak setia terhadap takdir.
Baik Miles maupun Gwen keduanya sama-sama menyimpan luka. Dan tatkala keduanya bersama sembari bergelantungan melintasi gedung kota ada sebuah rasa senasib-sepenanggungan dalam ranah berbeda. Across the Spider-Verse bahkan meluangkan waktunya untuk menampilkan sebuah momen intim lewat adegan sederhana tatkala keduanya bergelantungan dengan posisi terbalik. Dialog sederhana yang mereka utarakan menyiratkan sebuah makna mendalam ketika dua orang berbagi rasa dan saling menemukan diantara keduanya, sungguh sebuah esensi cinta yang sebenarnya.
Jika film pertama menanyakan siapa yang dapat menjadi pahlawan, film keduanya melangkah lebih jauh dengan mengatakan bagaimana seorang pahlawan iti didefinisikan? Apakah semuanya harus tunduk terhadap takdir dan suratan ataukah masih ada kesempatan untuk diwujudkan? Across the Spider-Verse menjawabnya dengan lugas sekaligus turut membuat penonton memikirkan esensinya.
Penyutradaraan trio Joaquim Dos Santos, Kemp Powers dan Justin K. Thompson pun bertenaga menampilkan itu semua lewat pengadeganan yang rasanya sulit untuk memalingkan pandangan dari layar. Entah itu sapuan warna animasi yang beragam (gaya komik, coretan pensil hingga visual playstation turut dijamah) maupun penceritaan yang kuat ketika semua narasi dirajut begitu rapi sebagaimana mestinya.
Spider-Man: Across the Spider-Verse adalah sebuah karya yang sulit rasanya untuk ditandingi keberadaannya, beberapa easter-eggs akan memuaskan para penggemar pun bagi mereka yang mencari hiburan akan terbayar lunas oleh suguhan yang ditampilkan. Sulit untuk berkata-kata meski pada akhirnya kita tahu Across the Spider-Verse merupakan jembatan bagi Beyond the Spider-Verse yang akan dirilis pada Maret tahun depan. Ingin rasanya masuk ke multiverse hanya untuk segera menyaksikan kelanjutannya.
SCORE : 5/5
0 Komentar