Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - CROSS THE LINE (2022)

 

Sebelumnya, Razka Robby Ertanto (atau Ertanto Robby Soediskam) pernah menggarap Ave Maryam (2019) hingga Jakarta vs. Everybody (2021) yang masing-masing menampilkan sebuah narasi sarat kegamangan pula sisi kelam yang dialami oleh makhluk bernama manusia. Seolah melanjutkan hal tersebut, Cross the Line pun tampil serupa, kali ini giliran dunia perkapalan dengan segala dunianya yang jadi panggung utama, di mana didalamnya terdapat kisah dua orang manusia yang tengah berjuang mempertahankan cinta dan keluarga.


Sepasang kekasih, Haris (Chicco Kurniawan) dan Maya (Shenina Cinnamon) harus menanggung derita ketika impian untuk menjadi TKI di Singapura harus berakhir sebagai petugas kebersihan kapal dengan iming-iming trainning. "Janjinya hidup makmur di negeri orang, ini malah jadi budak di negeri sendiri" demikian keluhnya. Rutinitas mereka selalu sama, tak jauh dari bekerja dengan gaji yang tak seberapa dengan hutang yang terus menumpuk, menunggu potongan gaji setelahnya. Maya hanya bisa pasrah, memandangi poster Merlion Park di dinding, sementara suara desahan mengiringi lamunan tersebut.


Kerap berjalan statis, Cross the Line seolah menampar penonton dengan segala ironi miliknya. Mimpi yang tak jadi kenyataan, nasib buruk yang tak beresudahan. Maya kerap digoda oleh para pria untuk melayani nafsu bejatnya pun demikian dengan para temannya yang sudah putus asa, pasrah menjadi pekerja seks komersial meski pelayanan yang ia dapat membuatnya semakin tersiksa. Seoalh tiada solusi, temannya pun menyarankan Maya, di tengah situasinya yang sulit untuk menjual diri.


Ditulis naskahnya oleh Robby bersama Titien Wattimena (trilogi Dilan, Aruna & Lidahnya, My Sassy Girl), Cross the Line tampil sesuai realita, baik itu secara logika maupun kenyataannya. Diluar sana para pejuang devisa pun banyak mengalami hal serupa, yang jumlahnya mungkin sudah tak dapat dihitung oleh jari. Shenina Cinnamon menampilkan performa luar biasa, berkatnya keputusasaan seorang wanita di tengah kerasnya kehidupan yang melanda pula tuntutan untuk bertahan hidup tersampaikan secara jelas, pun Robby seolah menyadari hal itu, close-up pun banyak ditampilkan guna menangkap guratan emosi sang aktris nomine piala citra.


Di kubu yang sama, terdapat Chicco Kurniawan, pemenang aktor terbaik tahun lalu ini menampilkan performa natural yang tak kalah kuat, pun, mengingat keduanya telah bersama di Penyalin Cahaya (2021) apa lagi yang harus dipertanyakan? Cross the Line adalah panggung sempurna untuk keduanya, meski keseluruhan filmnya sendiri bak gabungan sebuah repetisi dibalik tampilan filmnya yang artsy.


Benar. Nuansa itu kentara terasa, saya menyukai pemilihan color-grading miliknya yang mewakili karakternya meski terkadang itu mengeliminasi kesan hingga pesan realis miliknya. Sayang, naskahnya kerap berkutat pada hal yang sama, perihal kebingungan keduanya yang mencari jalan keluar atau telepon dari keluarga yang meminta transfer uang. Cross the Line kurang amunisi untuk sekedar menambah eksplorasi.


Keberanian Razka Ertanto Robby memang patut untuk diapresiasi, meski jika boleh melakukan komaparasi dengan filmografi miliknya sebelumnya, Cross the Line adalah yang paling sederhana dan jinak. Pun, naskahnya sempat kebingungan untuk mengakhiri sebuah pengisahan, sebatas mengandalkan sebuah shocking moment yang menjembatani pada isu human trafficking rasanya kurang dimanfaatkan dan digali secara mendalam.


Dalam sebuah adegan, saya mengeluhkan sebuah keputusan yang bisa saja menjadikan sebuah intensi salah kaprah dan sebatas penyalur sebuah male gaze. Ini merujuk pada sebuah adegan seksual keduanya yang ditempatkan seusai salah satu karakternya memberikan sebuah jalan keluar dengan memberikan uang. Kontradiktif dengan keputusan karakternya sedari awal (sebelumnya, keputisan karakter untuk terjun pada sebuah keputusasaan tanpa ada sebuah intensi untuk menikmati).


Cross the Line setidaknya tampil beda dengan menyorot sebuah kehidupan lewat sudut pandang yang banyak diamini sebelumnya, meski kita tahu realita kadang enggan berjalan beriringan dengan ekspetasi. Pun, demikian dengan film ini yang tak sepenuhnya harapan, meski apa yang diusungnya patut menjadi sebuah perhatian.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar