Bagi saya pribadi, selain sebagai bentuk hiburan, film selalu membawa kita pada sebuah pengetahuan yang nantinya membentuk sebuah pembelajaran. Tak terkecuali dengan The Hummingbird Project yang membawa saya mengenali high-frequency trading (HFT) yang kerap terjadi dalam perusahaan dunia digital. Edukasi tentu di dapat-meski pada akhirnya tak mengubah kenyataan bahwa The Hummingbird Project gagal menampilkan sebuah proyek sesuai harapan kala penceritaan kurang diperhatikan dan diperdalam.
Mengambil setting pada tahun 2011, kita diperkenalkan pada Vincent 'Vinnie' Zaleski (Jesse Eisenberg) dan sang sepupu, Anton Zaleski (Alexander Skarsgård) yang masing-masng bekerja di perusahaan perdagangan perangkat lunak yang dipimpin oleh Eva Torres (Salma Hayek). Suatu ketika, Vincent dan Anton memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan memilih untuk bekerja sama memotong satu milidetik jaringan sesuai pemesanan perusahaan milik Bryan Taylor (Frank Schorpion) yang kecepatannya berada pada 17 milidetik. Untuk itu, Anton berusaha mengubahnya menjadi 16 milidetik atau setara dengan satu kepakan sayap burung kolibri.
Tak terima dengan pengunduran dua karyawannya, Eva Torres melakukan segala cara guna menghalang Vincent dan Anton yang kini menjadi pesaing terbesarnya. Untuk itu, ia menyusun sebuah rencana baru, bahkan melaporkan keduanya pada pihak FBI dengan tuduhan penipuan pasar saham.
Ditulis dan disutradarai oleh Kim Nguyen (War Witch), The Hummingbird Project berpijak pada persaingan pasar bisnis yang kemudian membuka kedok kejahatan para pelaku kapitalis. Sementara wujud American Dream menjadi pondasi, tujuan utama karakternya jelas, di mana Anton begitu memimpikan memiliki kehidupan berupa rumah di sebuah perkampungan di mana ia bisa dengan tenang menyusun sebuah kode, bermain dengan kedua puterinya dan berenang di tepi danau sembari menunggu matahari tenggelam. Dari sini, tentu motivasi utamanya jelas.
Kekeliruan bukan berada pada sebuah karakterisasi, melainkan pada inti penceritaan yang terlalu berambisi menghadirkan sebuah konflik yang sejatinya relevan-namun terlampau dipaksakan, yang kemudian membuat narasi miliknya penuh sesak. Bukti nyata berupa kerja lapangan memang ditampilkan, pengeboran pula konflik perihal hak milik tempat sempat mengisi, belum lagi jika membahas mengenai kanker yang menggerogoti tubuh Vincent di tengah eksekusi. Alhasil, terciptalah sebuah pengadeganan yang tak kompeten, di mana belum satu permasalahan terselesaikan, sudah datang lagi hambatan yang siap ditampilkan.
Pun, mengenai penangkapan agen FBI, eksekusinya terlampau ringan dan sebatas berada pada sebuah gertakan ketimbang aksi balas sepadan. Salma Hayek dengan rambut berwarna abu yang senantiasa tergerai banyak mengingatkan saya pada karakter Cruella de Vill lengkap dengan tatapan serta tindak-tanduknya. Sayang, tatapan dan perlakuan intimidatif tak ada artinya kala naskah kurang memberikan bukti nyata terhadap jawaban dari keduanya.
Konklusinya pun seolah tak ingin repoot-repot memberikan sebuah pencapaian sepadan tatkala apa yang diterapkan secepat satu kepakan sayap burung kolibri. Ini berarti semuanya dibalas secara instan tanpa memaparkan sebuah perjalanan apalagi hukum kausalitas sesuai harapan. Setidaknya, The Hummingbird Project menunjukan kepada kita bahwa Alexander Skarsgård adalah pelakon yang secara prima menampilkan karakter Anton dengan tendesi yang semestinya, cara berjalan sedikit bongkok pula rambut setengah plontos membuatnya dapat dipercaya sebagai ahli pengkodean neutron, sementara dalam sebuah berita mengabarkan bahwa Jesse Eisenberg sudah hafal betul naskah filmnya sebelum proses produksi dilakukan. Perjuangan keduanya jelas pantas mendapatkan hasil sepadan ketimbang diberikan sajian makanan setengah matang.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar