Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

SURAT DARI KEMATIAN (2020)

Surat Dari Kematian adalah salah satu horor lokal dengan premis menarik nan potensial-di mana horor bukan salah satu elemen yang dimainkan-melainkan turut dibarengi dengan unsur investigasi yang juga dijadikan pijakan. Namun, modal 'menarik' saja nyatanya belum cukup, kala eksekusi dan kemalasan bercerita membuat filmnya terjebak dalam dua suku kata: ala kadarnya.

 
Adaptasi Wattpad (yang kemudian di-novelkan) berjudul sama buatan Adham T. Fusama ini mengisahkan tentang serangkaian teror yang bermula dari sebuah surat suruhan untuk melakukan sebuah hal-yang jika menolak berarti menerima kematian. Dialihtuliskan oleh Evelyn Afnila (Keluarga Tak Kasat Mata, Roh Fasik) dalam bentuk naskah-rupanya ini adalah sumber utama permasalahannya.


Paruh awal filmnya dibuka dengan aksi nekat Pasha (Omara Esteghlal) yang menyanyi dalam keadaan bertelanjang bulat di depan Gama Plaza dan mengaku bahwa ia menerima sebuah surat kematian. Sedari awal menampilkan adegan, ketidakonsistenan pula kekeliruan pemahaman dilakukan, di mana definisi "telanjang bulat" menyulut sebuah tanya kala filmnya masih memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa masih ada boxer yang dikenakan sang tokoh. Entah ini sebagai bentuk "aman" menghindari gunting sensor atau ketidakmampuan pembuatnya dalam menangani/mengakali materi?


Setidaknya permasalahan diatas masih memiliki satu opsi jawaban pasti. Namun tidak-dengan apa yang terjadi di pertengahan durasi kala filmnya menampilkan sebuah ketidaklogisan dan ketidakpekaan pembuatnya. Ini terjadi kala salah satu tokoh utama filmnya mendapat sebuah telepon mengenai penemuan mayat di malam hari-namun baru mengunjungi TKP pada siang hari, sementara para warga baru saja mengangkat mayat tersebut dan heboh akan kejadian tersebut.


Protagonis utama filmnya adalah Zein (Endy Arfian) dan Kinan (Carissa Perusset), dua mahasiswa UGM (bukan Universitas Gadjah Mada, melainkan Universitas Garuda Mandala) yang sama-sama menekuni kegiatan jurnalistik dan membuat konten penelusuran terhadap urband legend di sekitar kampus mereka. Tentu keduanya akan menyelidiki kasus kematian yang menimpa Pasha, terlebih kala penyelidikan di Jembatan Perawan berujung pada sebuah kegagalan.


Zein dan Kinan adalah dua sosok yang berlawanan-meski keduanya memiliki hobi sama. Ini berpotensi menghasilkan sebuah banter kalimat menarik di mana masing-masing mewakili persepsi mistis dan logis. Namun, ketiadaan pembawaan meyakinkan dari keduanya melunturkan sebuah kepentingan. Jika Endy Arfian terjebak pada pola penuturan logat Jawa khas FTV, Carissa sejatinya bukan pelakon buruk-melainkan ia belum bisa mengatrol karakterisasi sarat kebodohan yang dimiliki karakternya.


Kasus kematian Pasha semakin mencuat kala Reno (Eric Febrian dalam akting kaku seperti batang kayu), sahabat Pasha-juga menerima surat sama. Dari hasil penyelidikan, ditemukan dua kesimpulan, pertama, surat tersebut berasal dari arwah Darius (Jerome Kurnia) mahasiswa UGM yang bunuh diri di Gama Plaza; dan kedua, bahwa Joe (Justin Adiwinata), sahabat Pasha dan Reno adalah korban berikutnya.


Durasi 86 menit seharusnya tampil padat-dan Hestu Saputra (Cinta Tapi Beda, Hujan Bulan Juni, Lorong) terkendala dalam merangkum cerita-yang membuatnya kerap kehilangan daya. Ketika filmnya gemar melompat dari satu adegan ke adegan selanjutnya tanpa saling berkesinambungan, lain halnya dengan elemen horor miliknya-yang sebatas menampilkan penampakan memenuhi layar dengan iringan musik berisik-yang selalu gagal untuk mengusik.


Surat Dari Kematian sekali lagi adalah horor potensial dan menjanjikan. Salah satu adegan dalam filmnya menampilkan guru spiritual Zein, Pak Wibowo (Landung Simatupang) yang memamerkan aksi melipat jalan untuk sampai ke Gama Plaza. Elemen ini sejatinya menarik dan semakin memperkaya esensi filmnya dalam menampilkan unsur mistis dalam balutan urban legend lokal. Sayang, setelah kemunculan adegan tersebut-filmnya kembali membuang potensi dan memilih untuk melucuti esensi. Alhasil keterlibatan Pak Wibowo sama sekali tak berarti-ketika naskah memilih untuk menampilkan sebuah twist-yang sama sekali jauh dari kata baru.


Bukan perihal seberapa twist itu tampil mengejutkan-yang mana gagal tersampaikan. Ini adalah perihal sebuah kecanggungan yang terpaksa ditampilkan untuk membuat sebuah kejutan-belum lagi sentuhan aksi sempat diterapkan-yang juga berujung pada sebuah rasa yang sama, sama-sama gagal untuk tampil prima. Ini adalah kesekian kalinya premis menarik gagal untuk dikulik-tentunya dengan permaslahan sama: naskah yang gagal tampil merekah.


SCORE : 1/5

Posting Komentar

0 Komentar