Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

TANHAJI: THE UNSUNG WARRIOR (2020)

Selaku proyek pertama Om Raut (Lokmanya: Ek Yug Purush) di Bollywood, Tanhaji: The Unsung Warrior-yang mengangkat kisah sejarah hasil saduran komik buatan Amar Chitra Katha-banyak terinspirasi oleh film drama-kolosal buatan Sanjay Leela Bhansali. Kentara terlihat sekali pengaruh Padmaavat (2018) di mana beberapa adegannya mempunyai kemiripan, juga karakterisasi antagonis utama filmnya yang mirip sekali dengan Alauddin Khilji. Tak mengherankan itu terjadi, pasalnya salah seorang penulisnya (selain sang sutradara) adalah Prakash Kapadia, salah satu orang dibalik terciptanya sajian drama-kolosal macam Devdas (2002), Bajirao Mastani (2015) hingga Padmaavat (2018).
 
 
Garis besar Tanhaji: The Unsung Warrior adalah pertempuran antara kerajaan Mughal dan kerajaan Maratha pada akhir abad-17. Akibat perjanjian Purandar, pemimpin kerajaan Maratha, Shivaji Maharaj (Sharad Kelkar) menyerahkan 23 benteng kepada Maharaja Aurangzeb (Luke Kenny), yang merupakan pemimpin kerajaan Mughal. Salah satu benteng diantaranya adalah Kondhana-yang menjadi jalur empuk untuk ekspansi kekuasaan Mughal-yang berencana meluaskan daerah kekuasaannya sampai ke Selatan.


Tentu, Shivaji Maharaj tak tinggal diam, ia kemudian membuat sebuah rencana perebutan kembali benteng Kondhana dengan menempatkan Tanhaji Malusare (Ajay Devgn) di lini depan-meski awalnya niatan tersebut urung diberitahukan-sebab Tanhaji tengah disibukan dengan pernikahan sang putera. Di pihak lawan, Aurangzeb baru saja mengangkat Udaybhand Sing Rathore (Saif Ali Khan) sebagai pemimpin daerah kekuasaan-sebelum meletusnya pertempuran Sinhagard.


Paruh pertama filmnya adalah bentuk introduksi karakternya-yang dikenalkan dengan metode cepat kilat di mana karakter berjalan lalu lalang dan kemudian hilang di paruh kedua. Walaupun demikian, beberapa diantaranya memberikan sebuah pencerahan-meski kedalaman urung ditampilkan. Kita mengenal para karakternya tanpa tahu sepak terjangnya-yang mana salah satu hal krusial yang dibutuhkan film agar penonton dapat bersimpati terhadapnya.


Sutradara Om Raut memang enggan bersusah payah membangun sebuah perjalanan atas proses karakternya-yang membuatnya terkesan mengganjal. Salah satu contohnya adalah terkait karakterisasi dua tokoh utama filmnya-yang sebatas dijejalkan oleh dialog verbal-ketimbang sebuah pembuktian yang signifikan. Sungguh, sebuah proses yang terlampau instan.


Harapan kemudian muncul di paruh kedua-kala filmnya mulai memasuki inti utama. Sayang, Tanhaji: The Unsung Warrior bukanlah sajian kompleks kala masing-masing strategi mulai dijalankan dan praktek lapangan dilakukan. Beragam intrik dijejalkan-yang meski memberikan sebuah kelokan-sama sekali tak memberikan sebuah pembaharuan-selain intrik pengkhianatan dan penipuan.


Saya memang enggan menyalahkan sejarah-namun pendapatan ini tak sepenuhnya keliru. Pasalnya, Tanhaji: The Unsung Warrior pun mengenyahkan sebuah kebenaran dengan "melebih-lebihkan" sejarah-yang mana adalah sebuah hal yang lumrah. Namun, apa yang dilakukan oleh para pembuatnya terlampau ambisius-hanya untuk menambahkan kadar dramatisasi tanpa adanya sebuah substansi. Belum lagi jika membahas kontroversi lain berupa unsur Islamofobia-yang berpotensi memecah dua kubu umat beragama.


Hal yang cukup mengganggu lainnya adalah pemakaian CGI kasar milik filmnya-yang kentara terlihat artifisial. Ini memang sedikit mengurangi kenikmatan-meski kala filmnya menerapkan efek praktikal berujung tidak mengecewakan. Itulah mengapa kala filmnya menampilkan sebuah penebusan menghasilkan sebuah tontonan yang seharusnya didapatkan sedari pertengahan-pasca paruh awal yang cukup melelahkan.


Selalu ada kata "tapi" jika membahas Tanhaji: The Unsung Warrior. Begitupun dengan puncak pertempuran utama pada malam Ashtami-yang hanya berlangsung kurang dari 30 menit durasi. Inilah mengapa final battle antara Tanhaji Malusare-Udaybhan Singh Rathore kehabisan daya kala filmnya sedikit canggung kala menutup deretan aksi keduanya.


Ajay Devgn memancarkan aura hyper-masculinity-yang kentara sengaja ditekankan filmnya, sementara Saif Ali Khan bak carbon copy dari Alauddin Khilji. Ia begitu berhasrat memiliki Kamla Devi (Neha Sharma) dan tak segan membunuh prajurit yang menentang keinginannya. Ranveer Singh jelas lebih menjiwai ketimbang Saif Ali Khan yang membutuhkan dimensi karakterisasi lain. Jangan lupakan Kajol sebagai Savitri Bai, istri Tanhaji Malusare-yang lewat pembawaan kelas bintang miliknya-memiliki sebuah impact kuat di penghujung film. Sebagai istri yang selalu mendukung keputusan suami, Savitri adalah jelmaan istri idaman yang selalu dibutuhkan pria berkat kesetiaan dan kepatuhan yang menguar kuat dalam dirinya.


Terlepas dari semuanya, Tanhaji: The Unsung Warrior memang masih worth-to-watch dengan beberapa aksi yang masih dapat memukau mata, sebutlah kala sebuah adegan menampilkan pasukan Maratha bergelayun di atas tali dari tebing dengan senjata siap untuk diayunkan kepada lawan. Meski-kembali lagi, ini mungkin tak seberapa dan bahkan nampak kerdil setelah Padmaavat dengan segala pencapaian luar biasa-mematahkan para kompatriotnya.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar