Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

BHANGRA PAA LE (2020)

Diluar konteks utamanya sebagai sajian romansa, Bhangra Paa Le turut memperkenalkan tarian tradisional asal Punjabi, Bhangra, yang dipercaya dapat menimbulkan semangat seseorang. Selaras dengan tujuan tersebut, Bhangra Paa Lee selaku debut penyutradaraan pertama Sneha Taurani (sebelumnya sering menjadi astrada bagi film Wake Up Sid, Murder 2, Crook: It's Good to be Bad) menyuntikan semangat kala deretan musikalnya mengisi adegan. Tak butuh selang durasi lama untuk merasakan sensasinya-karena Bhangra Paa Le adalah tontonan yang menampilkan tiga lagu utama dalam durasi kurang dari 20 menit. Bagi Bollymania seperti saya, ini adalah kesenangan yang diharapkan.
 
 
Jaggi (Sunny Kaushal) adalah pemuda yang memiliki banyak ambisi. Ia pergi meninggalkan desa untuk berkuliah di Amritsar dan berhasrat mengenalkan Bhangra ke seluruh dunia. Peluang hadir kala sebuah kompetisi antar-perguruan tinggi mengantarkan pemenangnya untuk berlomba ke tingkat internasional di London-dengan beasiswa penuh.
 
 
Sekuen pembukanya menampilkan aksi seleksi-yang tak sesuai dengan prediksi. Di mana ini akan menjadi rintangan tersendiri untuk Jaggi. Ketika mengisi sebuah acara pernikahan, Jaggi mendapati seorang wanita yang sesuai dengan incaran, yakni pasangan yang dapat menari Bhangra dengan handal. Wanita yang semula salah masuk gedung pernikahan tersebut belakangan diketahui bernama Simi (Rukshar Dhillon).
 
 
Ditulis naskahnya oleh Dheeraj Rattan (Singham, Sikander 2, Toofan Singh), Bhangra Paa Le adalah sebuah cheap thrills di mana "kemediokeran" gemar diterapkan. Dua orang yang saling jatuh cinta, persaingan tari, persoalan keluarga hingga perbedaan sudut pandang karakternya mewarnai pengisahan yang minim sebuah kelokan. Pun, mudah menebak bagaimana konklusinya berjalan sesuai sasaran.
 
 
Bohong jika saya menolak untuk menikmati filmnya dengan kukuh atas standarisasi "film bagus". Bhangra Paa Le memang jauh dari predikat tersebut, dan saya sadar betul tujuan utama filmnya yang sebatas membawa sebuah kemeriahan tari dengan iringan lagu catchy. Dari sini, mudah untuk mengetahui bahwa Bhangra Paa Le mengedepankan sebuah festive ketimbang kesolidan naratif.
 
 
Berjalan non-linier, Bhangra Paa Le turut menambahkan kisah lain-yang masih berhubungan dengan esensi utama filmnya di mana kita turut diperkenalkan dengan Kaptaan (juga diperankan oleh Sunny Kaushal), kakek Jaggi di masa Perang Dunia II. Kaptaan yang merupakan seorang penari Bhangra professional adalah kadet perang yang bertugas menmbangkitkan semangat para pejuang dan menanti hari kepulangan untuk dapat menikahi sang wanita pujaan, Nimmo (Shriya Pilgaonkar).
 
 
Pergerakan alurnya tersusun rapi. Di mana inti kedua lini cerita saling mengisi serta menjadi sebuah reinkarnasi bagi kisah masa kini. Ini terjadi kala Jaggi hanya menceritakan kisah hidup sang kakek kepada Simi, sementara penonton menunggu kelengkapan kisahnya-yang sejatinya menjadi clue bagi kehidupan keduanya. Ini sejatinya bukan sebuah elemen baru dan Bhangra Paa Le enggan untuk menutupi semua itu, membiarkan penontonnya mengamini apa yang seharusnya terjadi.
 
 
Itu alasan mengapa filmnya tampil tepat sasaran. Kejujuran menampilkan cerita sederhana dengan segala trope khas-nya dibiarkan melebur bersama keinginan penontonnya di samping kemeriahan terus-menerus digerus-yang menciptakan sebuah pemandangan pemuas mata dan telinga. Itu bisa kita lihat lewat dekorasi panggung atau pakaian yang dikenakan para karakternya, sementara lantunan lagu dibawah arahan komposer JAM8, Rishi Rich, Yash Narvekar dan A Bazz sangat bersahabat.
 
 
Bukan tanpa cela, pogresi alurnya kerap bermasalah perihal perpindahan tone cerita beserta emosi di dalamnya-mengingat ini adalah karya perdana, pekerjaan rumah bagi Sneha Taurani jelas masih banyak. Beberapa unsur potensial miliknya hanya berjalan sambil lalu, dan mengetahui kuota durasi telah membengkak, simplifikasi terkait resolusi karakter utamanya urung berdampak.
 
 
Meskipun begitu, Sunny Kaushal adalah penampil berbakat. Adik dari Vicky Kaushal ini terlihat membabat habis semua adegan. Ia terlatih dalam menampilkan tari dan telaten dalam menangani emosi, termasuk emosi kecil sebagai aksi respon. Sementara Rukshar Dhillon banyak mengingatkan saya akan Radhika Madan dengan paras ayu dan akting lepas miliknya.
 
 
Meski bermasalah, konklusinya tampil manis. Ini yang membuat saya kembali terpesona oleh Bhangra Paa Le diluar segala kekurangan miliknya. Kala dua insan saling pandang dan sepatah kata urung terucap, senyum berbinar kemudian hadir sebagai wujud balas sebuah keadaan. Inilah kemurnian cinta yang sebenarnya kala semuanya tak perlu diungkapkan dengan kata, melainkan rasa-yang menjadi pusat terjujur milik manusia.
 
 
SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar