Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

KARWAAN (2018)

Melalui Karwaan, yang merupakan karya sutradara debutan Akarsh Khurana (sebelumnya lebih dikenal sebagai penulis naskah untuk Kites, Krrish 3, Krrish) menegaskan bahwa road-trip-movie masih memiliki taji. Sering disebut sebagai film 'jalan-jalan' yang hanya menampilkan pemandangan, Akash membuktikan bahwa itu sebuah kekeliruan atas sinisme berlawanan. Karwaan adalah sebuah perjalanan menyenangkan yang dilakukan beberapa orang karavan dalam menemukan "sisi terang" kehidupan.
 
 
Avinash Rajpurohit (Dulquer Salmaan) adalah staf profesional TI, yang harus mengubur mimpinya menjalani fotografi. Hal ini disebabkan oleh larangan dan desakan sang ayah, Prakash Rajpurohit (Akash Khurana). Suatu ketika, panggilan telepon mengatakan bahwa sang ayah meninggal atas sebuah kecelakaan ketika mengambil perjalanan ke Utara.
 
 
Meski hubungan keduanya berlangsung dingin, Avinash tetap menjemput mayat sang ayah yang dikirim ke Bangalore. Ketika peti mati berisikan mayat ia terima, rupanya ia mendapati mayat yang salah. Kesal karena tempat yang merupakan pihak bersangkutan tak bertanggung jawab, Avinash mengajak serta Shaukat (Irrfan Khan), sahabatnya yang memiliki mobil van dengan memulai perjalanan dari Bangalore ke Kochi, yang menjadi tempat di mana mayat sang ayah berada.
 
 
Perjalanan dimulai, sementara komunikasi dengan Tahira (Amala Akkineni), anak dari sang mayat perempuan yang dibawa Avinash-terus dilakukan. Bahkan, Tahira meminta Avinash untuk menjemput dan membawa Tanya (Mithila Parkar). anaknya yang berkuliah di Ooty dan tak kunjung datang ke rumah. Kehadiran Tanya yang semula membuat Shaukat enggan membawanya-perlahan dapat diterima di saat masing-masing dari mereka enggan menjadi bagian dan memilih untuk bertahan.
 
 
Berdasarkan ide cerita yang dimiliki Bejoy Nambiar (Shaitan, David, Wazir) dan ditulis naskahnya oleh Hussain Dalal (Yeh Jawaani Hai Deewani, Dishoom, Sanam Re), Karwaan mempertemukan tiga jiwa dengan permasalahan masing-masing yang tengah (atau pernah) di hadapi. Avinash merasa hubungannya dengan sang ayah tak berjalan mulus, dan kematian ayahnya dapat membuatnya melakukan hal sesuai keinginannya. Tahira adalah anak perempuan yang merasa dirinya tak beruntung dengan kekhawatiran berlebih sang ibu, sementara Shaukat-dibalik diamnya ternyata menyimpan sebuah pengalaman yang pahit. Tiga jiwa yang hilang ini akhirnya saling membuka diri, menyadari bahwa mereka tak sendiri.


Sekilas memang tak ada sebuah modifikasi lebih selain setia terhadap formula yang pernah dan bahkan sering diterapkan sub-genrenya. Karwaan memang tampil fomulaik-namun ia menolak untuk tampil naif. Keenganannya untuk tampil biasa membawa filmnya bergerak ke ranah komedi-yang menjadikannya tampil luar biasa, terlebih kala Irfaan Khan dengan persona khas miliknya melontarkan dialog menggelitik seputar karakternya atau bahkan situasi yang menghendakinya.


Karwaan seolah terbagi atas dua fase, paruh pertamanya adalah murni di dominasi oleh kesenangan tak sengaja, sembari mulai membenahi diri. Sementara paruh keduanya (setelah intermission) menapaki sebuah sisi emosional yang tersembunyi. Kedua fase itu berjalan mulus, meski cacat kecil sering ditemukan dan menghampiri.


Itu terjadi ketika filmnya terlalu berlangsung mondar-mandir dan sarat akan ketidaksengajaan. Opsi yang saya khawatirkan akan terjadi rupanya seketika ditepis oleh Akarsh yang tetap membawa inti cerita, meski dalam penerapannya sempat kehilangan jalur. Namun, seperti yang telah singgung, itu hanyalah sebuah cacat kecil yang tak sebanding dan bahkan nampak kerdil jika disandingkan dengan pencapaian yang dihasilkan.


Salah satu keberhasilan terbesarnya ialah kerika Karwaan tetap setia berjalan pada jalur santai-meski mengetengahkan pembicaraan seputar kehilangan dan kehidupan yang tak sejalan. Akarsh Khurana enggan meratapi nasib yang sudah terjadi dengan menambahkan kadar dramatisasi tinggi. Ia lebih memilih jalur yang lebih dewasa, kala permasalahan tak akan selesai jika hanya dipikirkan, menghadapinya jauh lebih mulia dan berani. Dan itulah yang masing-masing karakternya lakukan. Sebuah tindakan realistis dan bukan sikap statis maupun apatis.


Meski tak bisa dipungkiri, bahwa manusia adalah makhluk tak sempurna. Dan, Akarsh pun tak menjadikannya sebagai sosok kelewat sempurna, karena kita pun melihat mereka sesekali terpuruk. Karwaan juga menegaskan bahwa setiap tentangan tentu memiliki alasan-yang tak sepenuhnya tak lantas untuk dibenarkan. Kita mengetahui bahwa sang ayah menentang mimpi sang anak hanya karena alasan mereka tahu yang terbaik untuk sang anak. Pilihan tersebut memang menghilangkan perasaan serta mengeliminasi kebahagiaan.


Kebahagiaan yang seharusnya didapatkan karena tak ada lagi penghalang semestinya dirasakan Avinash. Namun, ini bukan perkara mengenai kebahagiaan saja, melainkan tentang cinta yang sulit mereka ungkapkan satu sama lain dan memilih setia dengan ego masing-masing. Dan, meski terlambat untuk diungkapkan, Avinash melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Sebuah kasih sayang ditunjukan ketika tak ada lagi sosok untuk diharapkan.


Itu adalah inti utama dari Karwaan, yang juga dijadikan tempat sebagai perlawanan atas budaya patriarki yang semakin lestari kala sosok yang mengalami memilih untuk berdiam diri. Karwaan adalah ajakan sekaligus himbauan untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan. Jika itu sudah dilaksanakan, maka akan tercipta sebuah keindahan. Keindahan yang bahkan lebih dari pemandangan perjalanan (termasuk Kerala) hasil bidikan Avinash Arun (Drishyam, Madaari, Hichki) yang senantiasa menguarkan sebuah kedamaian.


SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar