Disadur dari merek mainan populer yang dibuat oleh pasangan David Horvath dan Sun-min Kim, ugly dolls boleh berarti "boneka jelek", tetapi dalam pandangan sang kreator, ugly di sini berarti "unik". Demikian yang dirasakan oleh para penduduk Uglyville-yang diisi sekumpulan boneka unik-di samping kenyataan bahwa mereka adalah boneka-boneka terbuang yang tak lulus proses quality control sebuah pabrik. Meski demikian, kota yang di pimpin oleh Ox (Blake Shelton) hidup dalam kedamaian dan selalu merayakan sebuah pesta keanehan pula keganjilan yang mereka sebut istimewa, sedangkan kecantikan mereka maknai sebagai sebuah hal yang hanya akan dilihat oleh mata.
Berbanding terbalik dengan kenyataan dalam kehidupan-yang selalu mendambakan dan mengunggulkan kecantikan sebagai sebuah kesempurnaan. Mereka lupa akan makna "keberagaman" dan "perbedaan" atau anggapan bahwa seseorang di nilai cantik/tampan karena adanya mereka yang dinilai "kurang memenuhi standar". Dari sini, UglyDolls menyentil salah satu aspek dalam kehidupan yang kerap mereka utamakan.
Protagonis utama kita bernama Moxy (Kelly Clarkson) boneka periang yang sangat senang berpetualang. Impian Moxy adalah melihat kehidupan di balik "gunung" yang menjadi tempat keluarnya boneka baru. Berdasar keingintahuan yang tinggi, ia lantas mengajak sang rekan yang terdiri dari: Wage (Wanda Sykes) si tukang masak, Lucky Bat (Wang Leehom) si kelelawar bijaksana, Babo (Gabriel Iglesias) si boneka paling besar, Ugly Dog (Pitbull) si anjing bermata satu, dan Wedgehead (Emma Roberts) si penduduk baru.
Alangkah terkejutnya ketika Moxy bersama yang lainnya mendapati sebuah kota bernama Perfection, kota tempat para boneka sempurna dilatih menjadi yang paling cantik/tampan oleh sang walikota, Lou (Nick Jonas) yang menomorsatukan fisik di atas segalanya. Tujuannya ialah demi menjadi pusat kasih sayang anak-anak ketika mereka dimiliki. Dari sini, Moxy dkk harus berlomba guna lolos tes dan menjadi boneka seutuhnya.
Ditulis naskahnya Alison Peck berdasar cerita dari Robert Rodriguez, UglyDolls mengetengahkan perjuangan boneka yang dianggap jelek untuk tampil sempurna, setidaknya itu di mata Lou sang pelatih kejam-yang dengan frontal menyebut kekurangan seseorang sebagai sebuah kelemahan dan bersembunyi di balik kata motivasi. Dari sini, UglyDolls menyentil kembali isu seputar body shaming yang masih kerap terjadi dewasa ini.
Sutradara Kelly Asbury (Shrek 2, Gnomeo & Juliet, Smurfs: The Lost Village) lantas mengeksplotasi bahkan mengeksplorasi isu tersebut sebagai poin utama filmnya sebelum melakukan sebuah penebusan berupa pesan menjadi diri sendiri. Dalam tuturannya, UglyDolls mungkin tak se-spesial isu yang diangkatnya, meski sulit juga menyebut bahwa apa yang dilakukan Asbury sepenuhnya adalah sebuah kegagalan.
UglyDolls menerapkan apa yang dicari ketika menyaksikan sebuah film hiburan, yakni visual cantik pula musikalisasi easy listening-yang nantinya akan menjadi sebuah dambaan atas pesan yang hendak disampaikan. Beberapa tampil tepat sasaran-meski tak jarang menginjak sebuah sandungan. Sebutlah momen repetitif yang second-act-nya tampilkan atau terkait karakterisasi yang sepenuhnya tak berimbang.
Ya, hanya Moxy yang paling jelas motivasinya, sementara karakter lain harus tampil sebagai penyemarak cerita-meski menampilkan sebuah tampilan unik tersendiri. Di pertengahan cerita kita diperkenalkan dengan Mandy (Janelle Monáe) salah satu penduduk Perfection-yang menjadi korban atas "tekanan kesempurnaan" yang menjadi titik balik bagi filmnya menelusuri kebusukan titahan Lou-yang tak seberapa baiknya. Ini yang Asbury terapkan guna mengakhiri penceritaan, yang kemudian tampil bertolak belakang dengan pesan yang hendak di sampaikan.
Paruh ketiga UglyDolls memang sedikit kacau, meski sukar untuk tak menolak kala Asbury bermain di ranah musikal yang nantinya menghantarkan gelaran lagu catchy-yang dinyanyikan para penyanyi papan atas. Sebutlah Kelly Clarkson, Nick Jonas, Pitbull hingga Charlie XCX dan Bebe Rexha-yang turut menyumbangkan suara emas mereka. Memilih para pengisi suara yang notabene-nya seorang penyanyi dimanfaatkan dengan baik oleh Asbury.
UglyDolls mungkin tak menyajikan sebuah gelaran adegan yang akan mengendap lama di ingatan. Namun, jika ditanya perihal "film UglyDolls" sulit untuk tak teringat akan sebuah pesan bahwa "Perfect is not exist". Sempurna itu sejatinya tidaklah ada, yang ada hanyalah UGLY, U Got to Love Yourself, demikian jika saya boleh meminjam ucapan Pitbull.
SCORE : 3/5
0 Komentar