Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

POLICE EVO (2019)

Sekuel untuk Polis Evo (2015) ini mengubah haluan dari buddy-cop-comedy ke dalam aksi prosedural serius para polisi dalam memberantas gembong narkoba, yang mana merupakan keputusan berani pula beresiko dalam mengubah nuansa sarat tawa ke momen penuh adegan kelam. Selaku film hasil kerjasama dua negara (Indonesia & Malaysia), Police Evo (untuk pemakaian judul internasional, termasuk Indonesia) yang memiliki judul asli Polis Evo 2-juga turut menyelipkan sebuah kritik terhadap fanatisme pemimpin agama yang menghalalkan segala cara demi terciptanya kehidupan dunia sesuai keinginannya.
 
 
Rian (Raline Shah) adalah anggota Polri asal Indonesia yang ditugaskan untuk memburu Riky (Tanta Ginting) bandar narkoba kelas kakap dengan cara menyamar sebagai salah satu anggotanya. Misi ini ternyata membawa Rian pada sebuah tuduhan pembunuhan, di samping dirinya baru saja mendapati sebuah pengkhianatan. Untuk membersihkan namanya, Rian harus membawa Riky sebagai barang bukti.
 
 
Inspektur Khai (Shaheizy Sham) dan Inspektur Sani (Zizan Razak) adalah polisi yang hendak menangkap Rian atas kasus pembunuhan. Ketiganya secara tak sengaja bertemu di sebuah kota kecil bernama Cherong (tentu ini adalah kota fiksi) dan kemudian terjebak dalam sebuah bencana kala kelompok al-Minas menuntut pembebasan sang ketua. Ketiganya harus berjibaku demi melumpuhkan teroris pula menyelamatkan nyawa 200 orang yang telah mereka sandera sebagai ancaman.
 
 
Yang memimpin pasukan al-Minas secara sementara adalah Saif alias Hafsyam (Hasnul Rahmat) yang lewat performa-nya mampu membuat penonton melayangkan sebuah kebencian. Saif tak segan membunuh nyawa (baik itu orang tua maupun anak-anak) kala salah satu dari mereka membantah, ia mengaku sebagai "Prajurit Tuhan" yang dirahmati dan senantiasa di selamatkan. Sikap serta tutur bicara Saif menyiratkan bahwa para pemimpin agama ekstrim memanglah kejam, lebih kejam dari iblis maupun setan.
 
 
Police Evo kemudian membagi fokus penceritaannya ke dalam dua fase, 1) Pengenalan para tokoh dan 2) sekuen aksi beroktan tinggi. Naskah hasil tulisan sang sutradara Joel Soh (yang berduet dengan Andre Chiew) bersama Kyle Goonting dan Anwari Ashraf mungkin gagal menyajikan keduanya secara runut, meski pembawaan kedua elemen tersebut masih dapat dipahami. Naskahnya keteteran dalam membagi opsi-yang membuat kedua elemen tersebut tidak benar-benar tersaji.
 
 
Namun, pasca Joel dan Andre banting setir ke sebuah sekuen aksi, keduanya melahirkan sebuah sajian beroktan tinggi yang senantiasa menyulut atensi. Intemsitas kian dinaikkan yang juga memberikan tantangan bagi para pemeran. Termasuk Raline Shah yang tampil meyakinkan sebagai sosok wanita kuat pantang menyerah. Sangat disayangkan, terkait kedalaman penokohan (ini terjadi pada semua karakter) naskahnya bak tak memperdulikan, sebatas memberikan mereka peran untuk bertarung dan melawan tanpa melibatkan rasa di dalamnya.
 
 
Padahal, Police Evo sempat menampilkan hal demikian dalam sebuah momen penyekapan, di mana Sani dihadapkan pada pilihan sulit antara memilih menyelamatkan atau diselamatkan. Psikis Sani tentu terguncang-yang kemudian hanya berjalan sambil lalu tanpa memanfaatkan keadaan. Pun, demikian dengan karakter Mike Lucock yang memerankan Najr, ajudan kepercayaan Saif yang mempunyai misi personal terkait membalaskan dendam sang adik-yang berujung kurang dieksplorasi keterkaitannya.
 
 
Lagi pula, tontonan macam Police Evo hanya diniatkan sebagai sebuah hiburan yang dapat memuaskan andai menerapkan pemikiran demikian. Namun, pasca naskahnya yang ingin tampil lebih menyiratkan sebuah pengisahan, ini tentu berujung pada sebuah kesalahan. Setidaknya, guliran aksinya tampil memuaskan, meski keputusan menerapkan quick-cuts mengurangi sebuah kenimatan.
 
 
Menjelang konklusi, karakternya di giring pada sebuah situasi mendesaj di mana tak banyak ruang untuk bergerak. Pujian patut dialamatkan pada Police Evo kala ia sendiri enggan menerapkan sebuah deus-ex-machina sebagai akhir penyelesaian. Keputusan memilih opsi "sampai titik darah penghabisan" adalah sebuah ketepatan. Hal demikian tentu selaras dengan janji dan sumpah para aparat kepolisian. Police Evo jelas patut di beri kesempatan.
 
 
SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar