Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

DILAN I991 (2019)

Saya yakin, banyak di antara kalian-yang skeptis menanggapi fenomena Dilan yang begitu heboh (bahkan tanggal 24 Februari 2019 diperingati sebagai Hari Dilan di Bandung). Terlepas dari kualitas film pertamanya-yang hanya berisi kompilasi demi kompilasi gombalan Dilan-yang menurut kebanyakan anak muda romantis (sementara bagi saya terdengar aneh) pula pencapaian bombastis dari hasil perolehan penonton-yang mencapai angka 6 juta lebih menjadikannya sebuah "fenomena tersendiri". Dilan 1991-yang melanjutkan kisah film pertamanya kini hadir kembali, tentunya dengan sedikit pencapaian berarti.
 
 
22 Desember 1990, Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilla) kini resmi menjadi sepasang kekasih. Sekuen pembukanya memunculkan sebuah penghormatan film pertamanya, kala Dilan dan Milea tengah berboncengan di bawah guyuran hujan. Tentunya dengan lontaran kalimat gombal-yang membombardir telinga Milea-yang membuat saya geli kala mendengarnya.
 
 
Dilan 1991 masih ditulis naskahnya oleh Titien Wattimena (Dilan 1990, Aruna & Lidahnya) yang kini turut dibantu sang penulis novel aslinya, Pdi Baiq (turut merangkap pula sebagai sutradara) memang masih mempertahankan trademark gombalan Dilan sebgai jualan-yang disisi lain turut pula menambah konflik penyulut romansa keduanya. Memang tak seberapa kompleks, namun cukup ampuh dalam penerapannya.
 
 
Ya, saya menyebut konflik-yang dimiliki Dilan 1991 terasa relatable bagi sebagian kalangan. Milea kini mempunyai status sebagai pacar Dilan, ia pun turut menyuarakan isi hatinya terhadap sang kekasih, yakni perihal Dilan yang tergabung dalam geng motor. Bukan tak memiliki alasan, pasalnya ini demi kebaikan Dilan-yang sempat di keroyok oleh beberapa orang di warung sekolah. Keinginan Milea tentu dengan mudah diamini oleh para wanita-yang terlampau mencintai pria.
 
 
Namun, Dilan tak ingin dikekang. Ego-yang saling berlawanan inilah yang menciptakan sebuah distraksi, merenggangkan hubungan mereka, terlebih pada waktu itu Dilan mendapati Milea diantar oleh seorang pria bernama Yugo (Jerome Kurnia), sepupu jauh Milea asal Belgia-yang kembali ke Indonesia demi menemui Milea.
 
 
Dalam penanganan Pidi Baiq dan Fajar Bustomi (Jagoan Instan, Surat Kecil Untuk Tuhan, Dilan 1990) Dilan 1991 tampil konsisten berkat penambahan konflik tersebut. Memang terdengar klise, namun seperti-yang sudah saya bilang, ini perihal romantika remaja. Itulah sebabnya, tindak-tanduk yang ditampilkan Dilan dan Milea dapat begitu mudah diterima. Terpenting, guliran kisahnya tak sekosong film pendahulunya.
 
 
Belajar dari pengalaman film pertamanya, Fajar kini sudah lihai dalam membangun romantisasi, momen seperti "ciuman bibir" mampu tersaji begitu manis pula romantis. Pun, ini tak akan terjadi jikalau tanpa performa dari Iqbaal Ramadhan-yang sudah nyaman memerankan Dilan. Pun, demikian dengan Vanesha Prescilla-yang kini dituntut bermain rasa pula emosi. Kalimat klise macam "Aku sayang kamu, Dilan" terdengar begitu menyentuh.
 
 
Meski sedikit bermasalah dalam menampilkan sebuah dramatisasi (kurangnya elaborasi terkait isi hati Dilan menimbulkan sebuah batu sandungan)-yang mungkin dapat saya manfaatkan berkat kepiawaian Pidi-Fajar dalam menekankan emosi, menggali isi hati, mencoba mencari solusi terhadap apa yang terjadi. Singkatnya, Dilan 1991 kini memiliki hati.
 
 
Walaupun plot lain seperti kehadiran Kang Adi (Refal Hady) hingga subplot mengenai Pak Dedi (Ence Bagus), guru bahasa Indonesia-yang kerap mengirimkan puisi kepada Milea-tampil tak berarti. Bahkan, jika dihilangkan pun tak akan berdampak pada intisari cerita-yang kini tampil membengkak dengan 121 menit durasi.
 
 
Pun, di sisi lain Dilan 1991 mempunyai sederet karakter-yang tampil solid. Sebutlah kehadiran Bunda Dilan (Ira Wibowo) dan Ibu Milea (Happy Salma)-yang menjadi sosok untuk "berbagi" bagi Milea. Jika Bunda sangat aktif dan lantang, kelembutan di miliki Ibu Milea sebagai sosok seorang ibu-yang selalu mendukung keputusan puterinya.
 
 
Paruh ketiga filmnya adalah pencapaian terbaik bagi Dilan 1991. Momen tersebut bercerita tentang masa kini, baik Dilan maupun Milea kini sudah beranjak dewasa, di samping kisah keduanya yang selalu ada. Adegan ini berpotensi menyulut air mata, kala di sebuah adegan, Milea kembali mengenang Bandung sebagai saksi bisu kisah asmaranya.
 
 
Dengan lantunan lagu seperti Dulu Kita Masih Remaja, Rindu Sendiri bahkan Berpisah-yang dinyanyikan oleh Vanesha Prescilla setia mengiringi pengadeganan, memberikan rasa terkait dinamika kisahnya. Ini yang membuat saya sulit menolak bahwa Dilan 1991 adalah sebuah pencapaian berarti di tengah kelemahannya-yang mampu tertutupi.
 
 
SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar