Ghost garapan sutradara Findo Purwono HW (Eyang Kubur, Hantu Budeg) adalah karya aji mumpung ditengah banyaknya lembaran rupiah yang terbuang sia-sia. Ghost masih menerapkan formula horor yang kerap dipakai, di mana akan ada cerita seorang keluarga yang pindah rumah, melakukan hal terlarang, sosok mencurigakan hingga kebodohan para tokohnya-yang kemudian diperparah oleh eksekusi asal jadi-yang semakin membuat saya meringis kala mendapati naskah buatan Maruska Bath (Jejak Darah, Gevangenis)-yang nyaris tiada daya dan upaya. Tambahkan performa menggelikan kurang tenaga dari para pelakonnya.
Tokoh utamanya bernama Angel (Salshabilla Adriani)-yang terpaksa mengikuti sang ibu (Rheina Ipeh) pindah rumah karena urusan pekerjaannya. Bersama sang adik, Clarissa (Gabriella Quinlyn), Angel disambut oleh sang pembantu (Ingrid Widjanarko)-yang menurut mereka menyeramkan karena tatapan matanya. Selama 25 durasi bergulir, Ghost masih saja menuturkan drama keluarga membosankan-yang kemudian mulai menemui konflik kala Clarissa menemukan sebuah papan Ouija-yang kemudian membawa petaka.
Papan Ouija itu kemudian dimainkan oleh Angel bersama sang kekasih, Riko (Devin Putra) dan dua sahabatnya, Steffi (Steffi Zamora) dan Bobby (Juy Wow). Seperti kebanyakan film horor berkualitas menjengkelkan, permainan papan Ouija berujung pada sebuh bercandaan, baru setelah mereka melakukan untuk kedua kalinya berujung pada sebuah kejadian-yang membuat Angel dihantui hantu yang mendekam di rumahnya.
Dapat ditebak, formula selanjutnya adalah keanaehan yang menimpa pada Angel-hingga masing-masing karakternya diganggu hantu. Tak masalah jika dibungkus dalam sebuah sekuen menyeramkan, namun Ghost sama sekali tak memiliki taji-maupun penampakan yang menyeramkan, terlebih sosok hantunya sangatlah menggelikan-dengan kegemarannya merangkak di lantai-yang semakin membuat saya sebal melihatnya.
Penggarapan Findo Purwono HW masih saja berjalan ditempat, dengan formula kegemarannya, yakni menampilkan sosok hantu yang mengganggu karakternya sesering mungkin, tambahkan musik berisik, jadilah suguhan yang menurut dirinya mewakili definisi menyeramkan-yang menurut saya sungguhlah menggelikan.
Kala memasuki ranah pengusiran setan, saya dibuat tertawa geli pula jijik mendapati mulut komat-kamit Inggrid Widjanarko-yang melafalkan mantra bak bayi yang belum bisa bicara. Saya lebih melihat bayi yang bertindak demikian, lebih lucu pula menggemaskan. Dari sana, hadir pula proses eksorsisme setengah jadi dan nanggung, bermodal mulut komat-kamit, soflens warna putih yang dikenakan Salshabila Adriani-dengan pelafalan luar biasa kaku.
Hingga konklusi diungkap, Ghost tak memberikan sebuah penebusan-selain menampilkan sebuah kemalasan bertutur penulisnya dengan simplifikasi yang luar biasa menggampangkan. Sampai tiba di sebuah konklusi yang menerapkan mode cliffhanger, dari situ saya mulah menyesal karena telah membuang wajtu berharga saya-demi sebuah tontonan yang luar binasa buruk. Seburuk efek visual dan hantu yang digunakan.
SCORE: 1/5
0 Komentar