Color Me True a.k.a Tonight, at the Movies dibuka dengan sebuah ode untuk sinema, mengenai sebuah karya yang dibuat ribuan tahun silam demi dihidupkan kembali dengan menontonnya. Setidaknya itu yang dilakukan protagonis kita, Kenji (Kentaro Sakaguchi) yang berprofesi sebagai asisten sutradara. Kenji sangat menyukai film, pun dalam pekerjaannya ia dituntut untuk siap siaga datang ke sana ke mari, mulai dari melukis papan properti, hingga membantu seorang megabintang Ryunosuke Shundo (Kazuki Kitamura dengan penampilan serta performa komikalnya yang menghibur) yang senantiasa mengaku dirinya seorang "Pria Tampan".
Walaupun demikian, Kenji sering menghabiskan waktu luangnya untuk menonton kembali film hitam putih yang kala itu turut mengubah hidupnya, sang pemeran utama yang merupakan seorang puteri bernama Miyuki (Haruka Ayase) tiba-tiba keluar dari layar, dan muncul di sampingnya. Tentu, ini impian semua orang kala tokoh fiktif maupun idola yang kita idamkan datang dan berdiri disamping kita. Demikian dengan Kenji yang mengalami hal serupa melihat sang puteri bak tengah merasakan mimpi. Ya, mimpi yang jadi kenyataan.
Bergerak dalam tuturan fiksi, Color Me True sejatinya bukanlah sebuah sajian baru. Namun, dalam penuturannya sendiri kita akan merasa terikat dan jatuh cinta dengan pengisahannya yang lucu dan menggemaskan. Seperti kala Puteri Miyuki yang kerap memperlakukan Kenji sebagai asisten, sebuah elemen head over hells yang memunculkan sebuah pemandangan yang menggelikan dan tentunya menyenangkan.
Seiring berjalannya durasi, kita tahu Kenji kelak akan jatuh hati terhadap Puteri Miyuki. Dari sini, naskah garapan Keisuke Uyama memasukan pola familiar yang kerap kita temui di film bergenre serupa. Namun, bukan sebuah adegan sambil lalu yang dimunculkan, melainkan sebuah kausalitas yang kelak berkontribusi penuh menjelang konklusi. Sutradara Hideki Takeuchi (Thermae Romae) piawai membentuk sekuen ini guna menghasilkan sebuah hasil akhir yang memuaskan.
Ya, 30 menit terakhirnya seketika membalikkan nuansa yang diusung sedari awal oleh filmnya. Dari sini saya mulai terisak, kagum pula terharu akan kisah mereka. Sulit rasanya untuk tak menahan air mata yang keluar secara tak diundang yang dengan kepekaan Takeuchi dalam menangkap adegan (misalnya penggunaan close up yang menangkap sebuah senyum simpul) maupun manifestasi olah rasa dari kedua karakternya.
Kentaro Sakaguchi memerankan Kenji dengan begitu natural, polos nan mudah dicintai, sementara Haruka Ayase sempurna menggambarkan seorang puteri dengan segala kecantikan dan busana yang dipakainya. Scoring gubahan Norihito Sumitomo memasukan sebuah orkestra menggelegar yang senantiasa menyuntikkan rasa disetiap alunannya.
Color Me True merupakan sebuah sajian istimewa dari seorang pembuat film yang mencintai sinema. Dalam adegannya kita dibukakan mata tentang realita yang mungkin terjadi terhadap sebuah karya sinema yang mungkin teronggok di lemari berdebu atau hilang begitu saja. Walaupun mengandung sebuah ode bagi sinema, filmnya sendiri enggan menampilkan sebuah keajaiban sinema yang serupa keinginan Puteri Miyuki yang ingin melihat tempatnya tinggal tak kunjung tercapai. Sekali lagi, Color Me True adalah sebuah surat cinta bagi sinema dan cerita di dalamnya, yang akan membuat kita takjub dengan segala kisahnya pula menitikan air mata bersamanya.
SCORE : 4.5/5
0 Komentar