Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

102 NOT OUT (2018)

102 Not Out buatan Umesh Shukla (Oh My God, All Is Well) menjadi sebuah bukti bahwa sebuah melodrama tak seharusnya terlalu di dramatisasi (kebanyakan penyakit umum, termasuk buatan Indonesia). Tatkala sajian melodrama dibuat terlampau mengeksploitasi penderitaan sang karakter utama, 102 Not Out membalikannya dengan menebar penuh senyuman pula kekonyolan karakternya. Itu diterapkan sedari awal ketika opening sequence-nya menampilkan sebuah animasi yang cantik sembari ditemani lagu Kuch Anokhe Rules yang dibawakan oleh Aarman Malik. Senada dengan judul lagunya yang berarti "beberapa aturan unik", 102 Not Out menghantarkan penonton menuju sebuah aturan ang dibuat sang protagonis kita.

Ia bernama Dattatraya Vakharia (Amitabh Bachchan) seorang kakek berusia 102 tahun yang memiliki jiwa muda. Hal itu berbanding terbalik dengan sang anak, Babulal "Babu" Vakharia (Rishi Kapoor), seorang pria yang "baru" saja berusia 75 tahun yang hidup dalam kekakuan rutinitas membosankan. Setidaknya itu menurut sang ayah. Memulai aktivitas dengan mandi di shower yang tak boleh lebih dari 15 menit, sarapan dengan menu makanan sehat hingga pengecekan rutin ke dokter meskipun tak menderita sakit. Belum saya menyebut bahwa Babu menggunakan selimut yang sama selama 60 tahun demi menghindari sebuah penyakit. Perbedaan ini yang kemudian memicu konflik 102 Not Out.


Dattatraya ingin mengukir sebuah rekor dengan mengalahkan pria tertua asal China yang berusia 118 tahun. Itu artinya, selisih 16 tahun ingin ia tempuh dengan bersenang-senang mengukir sejarah. Rupanya, tak hanya dirinya saja, ia pun ingin mengajak sang putera untuk menikmati hidup seperti dirinya. Di sini, aturan yang unik pun dibuat. Dattatraya ingin mengirimkan Babu ke panti jompo!.


Tentu, Babu menolak. Namun, Dattatraya mengajukan beberapa syarat sebagai pengganti. Dari sini, naskah garapan Saumya Joshi yang terinspirasi dari pertunjukan panggung buatannya mulai merangkak menuju sekuen komikal yang membuat penonton garuk-garuk kepala dibuatnya. Lebih dari itu, 102 Not Out menerapkan elemen lebih berupa perasaan haru.


Ya, haru yang membuat air mata tanpa sengaja mengalir begitu saja. Saya pun terkesima kala naskahnya menyibak beragam momen yang menghantarkan kepada sebuah kepingan memori yang tertutup rapat. Memori yang akan selalu ada di hati tanpa mengetahui perasaan yang ditampilkan. Dari sini, penonton diberikan sebuah kecerahan mengenai keputusan Dattatraya yang memang sulit untuk dibenarkan, namun bisa dipahami.


Amitabh Bachchan memerankan sosok pria di usia senja dengan penuh semangat berkelakar. Pun, rasanya tak kaget kala kita mendapati sensitivitas penuh rasa dari sorot matanya. Sementara Rishi Kapoor yang menandai kali keenam reuni bersama Amitabh Bachchan (film terakhir mereka Ajooba di tahun 1991) menyuntikkan sensibilitas tinggi kala menapaki napak tilas kisah masa lalu.


Ya, 102 Not Out menghantarkan kita pada sebuah twist yang relatable dengan kehidupan kita. Ini bukan hanya sekedar hubungan ayah-anak, lebih dari itu emosi haru yang dibawakan 102 Not Out mengajak kita untuk merayakan hidup, memaknai kehidupan, mengenangnya, kemudian tersenyum bersamanya. Bukankah kehidupan akan lebih indah jika dibarengi dengan senyuman dan tawa yang lepas?


SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar