Stree dalam bahasa Indonesia berarti wanita. Namun bukan wanita biasa yang bisa dijadikan teman atau kekasih, melainkan wanita dalam wujud hantu yang gemar menculik pria di malam hari selama perayaan festival Durga. Diangkat dari sebuah kejadian nyata yang konyol, Stree garapan sutradara Amar Kaushik jelas (Aaba) mempunyai materi yang cukup menjanjikan di atas kertas sebagai sebuah sajian comedy-horror. Terlebih secara tak langsung Stree pun turut menyindir para mereka (baca: pria) mysogynist serta para male chauvinist.
Mereka yang digegerkan adalah para pria penduduk desa Chanderi yang tengah dilanda harap-harap cemas akan datangnya Stree, beragam cara dilakukan, termasuk dengan menulis "Stree jangan datang, pergilah malam besok" sebagai penangkal. Namun tetap saja, Stree menculik para pria. Hal ini membuat Vicky (Rajkummar Rao), seorang penjahit baju perempuan di landa penasaran pasca sebuah kejadian yang menimpa sang sahabat, Jaana (Abhishek Banerjee) yang kemudian menjadi korban Stree. Merasa bersalah atas kejadian tersebut, Vicky bersama sang sahabat, Bittu (Aparshakti Khurrana) pula seorang paranologist, Rudra (Pankaj Tripathi) yang kemudian di bantu seorang wanita misterius (Shraddha Kapoor) mencoba memburu Stree guna mengembalikan kembali para pria yang menjadi korban sekaligus menumpas Stree.
Hal yang membuat Stree mampu merenggut atensi adalah cerita yang kelewat konyol. Secara terang-terangan Stree memang tampil demikian,-namun eksekusi guna menjawab sebuah misteri tersebut tersaji sedemikian mulus pula menyenangkan di saat bersamaan. Plotnya sendiri memang sederhana, keberhasilan Amar Kaushik lah yang membuat naskah tipis buatan Raj & D.K (A Gentleman: Sundar, Susheel, Risky) terasa begitu padat.
Terlebih, jajaran para pemain mampu menampilkan sebuah performa yang meyakinkan. Rajkummar Rao sekali lagi mengukuhkan sebagai aktor yang handal dalam bermain peran, chemistry-nya bersama Abhishek Banarjee pula Aparshakti Khurana begitu klop, persis bagaimana kala kita bersama sang sahabat dekat. Pankaj Tripathi mengimbangi lewat celotehan serius yang kadangkala konyol. Sementara Shraddha Kapoor yang lewat peran misteriusnya berbicara melalui gestur pula tatapan yang khas.
Plotnya berjalan linier, ini sebuah keputusan yang tepat guna menutupi penceritaan yang tak seberapa padat. Hingga kala sebuah proses "pemburuan" di mulai mulai muncul sebuah ketertarikan tersendiri untuk mulai menelaah kisahnya. Amar sendiri melemparkan beberapa clue guna menerka siapa sosok Stree yang penuh dengan tanda tanya tersebut, motifnya belum jelas memang, dibiarkan ambigu begitu saja guna menjembatani dibuatnya sebuah sekuel.
Untung
saja, semuanya tak lantas menjadikannya serba tanggung, meski kala Stree mulai
menampakkan wujud, minim sekali sebuah jump-scare. Ini yang membuat
kemunculannya kurang menghentak, meski apresiasi harus tetap diberikan pasca
tak memasukan scoring berisik yang mengiringi kemunculan sosok Stree.
Komparasi dengan genre komedi terasa seimbang, meski dirasa kurang terkait rasa
horornya. Ini bisa dimaklumi kala sebuah adegan receh (clue: Jaana
kerasukan) mampu menyulut saya untuk tertawa terbahak-bahak.
Seperti
yang telah saya singgung diatas, Stree turut menampar para pria mysogynist
pula male chauvinist yang kemudian merembet masuk ke ranah "women
empowerment" secara tersirat. Menghantarkan sebuah pesan penting
terkait "menghormati wanita" yang luntur pada masa sekarang di tengah
sebuah pemberdayaan kian diteriakkan.
Nomor
trek dari Sachin-Jigar akan kian menempel di kepala lewat lagu Kamariya maupun
Nazar Na Lag Jaye. Pun sama halnya dengan Stree yang memberikan
sebuah hiburan tersendiri. Memang, tak semuanya tampil sempurna, -namun Stree
sangat pantas untuk disimak.
SCORE
: 3.5/5
0 Komentar