Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

DEVIL'S WHISPER (2017)

Devil's Whisper selaku hasil kolaborasi pertama MD Pictures dengan Vega, Baby! menampilkan sebuah potensi kala iblis menggoda iman manusia lewat bisikannya, menjauhkan manusia dari Tuhan dan terus menyerang manusia lewat psikisnya. Sebuah potensi yang cukup menarik untuk di kulik, namun kurangnya sebuah eksplorasi terkait cerita yang berdasarkan kejadian nyata dari Adam Ripp (juga selaku sutradara) yang di bantu oleh tangan Oliver Robins dan Paul Todisco selaku penulis naskah ini sayangnya menghalangi niat baik yan hendak di capai.

Karakter utama pada film ini adalah Alex (Luca Oriel) remaja berusia 15 tahun yang di besarkan dari keluarga yang taat beragama. Tak mengherankan jika cita-citanya menjadi seorang Pastor. Walaupun taat beragama orang tua Alex tidaklah kolot, penggambaran itu bisa terlihat kala mereka berdoa sebelum makan yang di isi senda gurau, atau tatkala Alex yang di sela-sela kegiatan beribadahnya masih memyempatkan diri untuk nongkrong bersama temannya sambil minum bir atau sesekali berkencan dengan sang gadis pujaan, Lia (Jasper Polish). Segalanya berubah saat ia menemukan kotak kayu misterius peninggalan mendiang neneknya. Bisa ditebak, iblis bersemayam dalam kotak itu, dan siap menggiring Alex menuju kegelapan.

Devil's Whisper memang menghabiskan mayoritas waktu untuk menampilkan terkikisnya iman Alex secara bertahap, mulai dari melihat sosok iblis menyeramkan yang sering mendatanginya hingga sebuah bisikan yang terus menerus memaksa Alex untuk melakukan hal yang di larang oleh agama. Tak mengherankan jika kedua orang tuanya menganggap Alex bermasalah dengan kejiwaan dan memanggil Dr. Dian (Luna Maya) untuk kemudian mengharap Alex sembuh dari apa yang ia derita. Sayang, naskahnya sendiri urung menghasilkan sebuah magnet untuk membuat penonton terikat dan berkutat pada sebuah pertanyaan "Apakah Alex benar-benar diganggu iblis atau punya gangguan mental?". Penonton di tempatkan pada pihak yang memang serba tahu. Pilihan ini meruntuhkan sisi psikologisnya dan membuat sebuah paparan terait peristiwa masa lalu Alex pun berakhir sia-sia.

Bukan hanya itu saja, naskahnya pun terlampau sekali berambisi untuk merangkum banyak hal, misalnya keputusan Alex untuk menceritakan apa yang ia alami kepada sahaba serta Pastor Cutler (Rick Ravanello) yang menderita PTSD termasuk diantaranya. Naskahnya tampil begitu luas tanpa tahu harus di bawa kemana arahnya. Alhasil ini pun berakibat pada narasi yang berjalan kurang mulus. Tak hanya itu saja, penggunaan blackout sebagai sebuah transisi terlampau terlalu sering yang kemudian menjadi penyebab tersendatnya alur film ini.

Waupun demikian, keengganan Adam Ripp untuk tak terlalu mengadalkan jump scare patut untuk di acungi jempol walau urung selaras denan naskah dan pengadeganan. Minimnya jump scare pun memaksa Ripp untuk bergantung pada sebuah kondisi horor atmosferik, namun sayang belum cakapnya Ripp untuk bermain secara atmosferik begitu tampil gamblang seperti pada penampakan iblis yang sering mengganggu Alex yang terlihat flat plus penggunaan CGI yang kurang smooth dan sulit untuk menampilkan sebuah kesan scary imagery. Pacing ceritanya terkesan monoton bak tak ada sebuah tenaga hingga hal yang paling fatal pun memuncak di klimaks yang urung tampil memikat, yang jauh dari ketegangan melawan iblis.

Para pemain tampil sesuai porsi termasuk Luna Maya yang hanya sebatas duduk dan berbicara sekalipun. Luca Oriel mengembam tugas yang tak mudah, namun itu semua berhasil ia lakukan secara baik, mampu menampilan sebuah gambaran mental atau ketakutan tatkala melihat iblis pun begitu terkesan realis dan jauh dari kesan mengada-ada seperti kesurupan. Kestabilan emosi serta intensi membunuh dan bunuh diri yang dilakukan oleh Oriel inilah yang menjadi sebuah potensi sia-sia kala naskah dan eksplorasi cerita urung tampil terlaksana.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar