Devil's
Whisper selaku hasil kolaborasi pertama MD Pictures dengan Vega, Baby!
menampilkan sebuah potensi kala iblis menggoda iman manusia lewat
bisikannya, menjauhkan manusia dari Tuhan dan terus menyerang manusia
lewat psikisnya. Sebuah potensi yang cukup menarik untuk di kulik, namun
kurangnya sebuah eksplorasi terkait
cerita yang berdasarkan kejadian nyata dari Adam Ripp (juga selaku
sutradara) yang di bantu oleh tangan Oliver Robins dan Paul Todisco
selaku penulis naskah ini sayangnya menghalangi niat baik yan hendak di
capai.
Karakter utama pada film ini adalah Alex (Luca Oriel)
remaja berusia 15 tahun yang di besarkan dari keluarga yang taat
beragama. Tak mengherankan jika cita-citanya menjadi seorang Pastor.
Walaupun taat beragama orang tua Alex tidaklah kolot, penggambaran itu
bisa terlihat kala mereka berdoa sebelum makan yang di isi senda gurau,
atau tatkala Alex yang di sela-sela kegiatan beribadahnya masih
memyempatkan diri untuk nongkrong bersama temannya sambil minum bir atau
sesekali berkencan dengan sang gadis pujaan, Lia (Jasper Polish).
Segalanya berubah saat ia menemukan kotak kayu misterius peninggalan
mendiang neneknya. Bisa ditebak, iblis bersemayam dalam kotak itu, dan
siap menggiring Alex menuju kegelapan.
Devil's Whisper
memang menghabiskan mayoritas waktu untuk menampilkan terkikisnya iman
Alex secara bertahap, mulai dari melihat sosok iblis menyeramkan yang
sering mendatanginya hingga sebuah bisikan yang terus menerus memaksa
Alex untuk melakukan hal yang di larang oleh agama. Tak mengherankan
jika kedua orang tuanya menganggap Alex bermasalah dengan kejiwaan dan
memanggil Dr. Dian (Luna Maya) untuk kemudian mengharap Alex sembuh dari
apa yang ia derita. Sayang, naskahnya sendiri urung menghasilkan sebuah
magnet untuk membuat penonton terikat dan berkutat pada sebuah
pertanyaan "Apakah Alex benar-benar diganggu iblis atau punya gangguan
mental?". Penonton di tempatkan pada pihak yang memang serba tahu.
Pilihan ini meruntuhkan sisi psikologisnya dan membuat sebuah paparan
terait peristiwa masa lalu Alex pun berakhir sia-sia.
Bukan
hanya itu saja, naskahnya pun terlampau sekali berambisi untuk merangkum
banyak hal, misalnya keputusan Alex untuk menceritakan apa yang ia
alami kepada sahaba serta Pastor Cutler (Rick Ravanello) yang menderita
PTSD termasuk diantaranya. Naskahnya tampil begitu luas tanpa tahu
harus di bawa kemana arahnya. Alhasil ini pun berakibat pada narasi yang
berjalan kurang mulus. Tak hanya itu saja, penggunaan blackout sebagai
sebuah transisi terlampau terlalu sering yang kemudian menjadi penyebab
tersendatnya alur film ini.
Waupun demikian, keengganan Adam
Ripp untuk tak terlalu mengadalkan jump scare patut untuk di acungi
jempol walau urung selaras denan naskah dan pengadeganan. Minimnya jump
scare pun memaksa Ripp untuk bergantung pada sebuah kondisi horor
atmosferik, namun sayang belum cakapnya Ripp untuk bermain secara
atmosferik begitu tampil gamblang seperti pada penampakan iblis yang
sering mengganggu Alex yang terlihat flat plus penggunaan CGI yang
kurang smooth dan sulit untuk menampilkan sebuah kesan scary imagery.
Pacing ceritanya terkesan monoton bak tak ada sebuah tenaga hingga hal
yang paling fatal pun memuncak di klimaks yang urung tampil memikat,
yang jauh dari ketegangan melawan iblis.
Para pemain tampil
sesuai porsi termasuk Luna Maya yang hanya sebatas duduk dan berbicara
sekalipun. Luca Oriel mengembam tugas yang tak mudah, namun itu semua
berhasil ia lakukan secara baik, mampu menampilan sebuah gambaran mental
atau ketakutan tatkala melihat iblis pun begitu terkesan realis dan
jauh dari kesan mengada-ada seperti kesurupan. Kestabilan emosi serta
intensi membunuh dan bunuh diri yang dilakukan oleh Oriel inilah yang
menjadi sebuah potensi sia-sia kala naskah dan eksplorasi cerita urung
tampil terlaksana.
SCORE : 2/5
0 Komentar