Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

BEGUM JAAN (2017)

"Jangan pernah lupakan sejarah" kalimat itu masih sering dipakai oleh filmmaker guna keperluan meraih pundi demi pundi finansial sekaligus sebagai sebuah dorongan untuk menonton film berlatar sejarah yang mana mampu secara cepat menarik penonton. Diantara semua itu pula yang turut menjadi ide dasar dibuatnya Begum Jaan, sebuah film yang mencoba mengeksplorasi sejarah terkait dibuatnya sebuah jalur di tahun 1947, setelah India merdeka dari Inggris, Raja muda Lord Mountbatten yang dianugerahi gelar Sir Cyril Radcliffe membagi India menjadi dua Negara bagian yaitu India dan Pakistan. Dimana Sir Cyril Radcliffe menggambarkan dua garis di Punjab dan satu lagi di Bengal. Garis tersebut disebut dengan nama Radcliffe Line.

Begum Jaan (Vidya Balan)yang merupakan pemimpin dari rumah bordil yang berada di kota diantara Sakkergarh dan Dorangla. Begum menerima seorang gadis yang telah mengalami pelecehan seksual dari orang banyak dan dia dibuang oleh keluarganya, salah satunya seorang gadis yang bernama Shabnam (Mishti Chakraborty). Masalah tiba tatkala rumah bordil yang juga tempat prostitusi milik Begum Jaan ini berada pada perbatasan wilayah antara India dan Pakistan yang membuat pembangunan jalur dapat terhambat yang membuat kepala pemerintahan India, Hari Prasad (Ashish Vidyarthi) dan kepala pemerintahan Pakistan, Iliyas Khan (Rajit Kapoor) yang juga dibantu oleh Inspektur Shyam Singh (Rajesh Sharma) mendatangi Begum Jaan untuk segera pindah, namun Begum Jaan sendiri menolak untuk pindah dari rumahnya tersebut, masalah semakin pelik tatkala keduanya yang berbeda paham semakin beradu konflik yang kemudian berujung pada sebuah teror dan bahkan sebuah peperangan.

Memang ini adalah sebuah kisah tentang bagaimana untuk mempertahankan sebuah "rumah" yang kemudian harus berhadapan dengan ketentuan dari sebuah "aparat negara". Diatas kertas cerita garapan Sumair Malik yang turut dibantu oleh sokongan dialog dari Kausar Munir berdasarkan sebuah karya dari sang sutradara, Rajkahini pada tahun 2015. Ya memang perseteruan pelik antara "masyarakat biasa" melawan "aparat negara" ini dapat menghasilkan sebuah kohesi yang kuat terkait "siapa yang benar dan salah" dan itu yang menjadi pertikaian disini, Srijit Mukherji selaku sutradara mengambl langkah yang sangat tepat dengan memilih perseteruan itu makin klop dengan cerita dan berpotensi menampilkan sebuah permainan trik yang memanas dan bisa saja meregang nyawa.

Ya, langkah itu diambil secara tepat oleh Srijit Mukherji, namun permasalahannya sendiri adalah bagaimana ia membuat statement itu terasa makin oke lewat sebuah pengadeganan, dan itu yang menjadi masalahnya disini, ambisi Mukherji untuk membuat sebuah "perang konflik" tampil memanas terlampau sangat besar, hingga menyebabkan berbagai macam plot hole yang terjadi kerap menemani eksekusinya, ditambah lagi pengadeganan yang kurang pas serta terkesan tumpuk tindih satu sama lain, alhasil yang ia hasilkan disini adalah sebuah kehebohan konflik yang terlihat berceeran tanpa adanya suatu wadah yang dapat memadahi. Sangat disayangkan memang film yang mampu tampil secara baik ini harus berakhir menjemukan akibat ambisi yang terlalu berlebih.

Ditengah ambisi yang membuat film ini sangat disayangkan, jajaran cast tampil menawan seolah memberikan kontribusi yang oke meskipun kita tahu naskah yang sangat berceceran karena konflik terasa tumpang tindih. Vidya Balan adalah magnet utama film ini ia sukses memerankan karakter titular yang semakin berjaya lewat perannya, begitupun dengan karakter lain seperti Ashish Vidyarthi, Rajesh Sharma, Rajit Kapoor serta Chunky Pandey mampu membuat sebuah lawan yang seimbang bagi Begum Jaan, dan karakter lainnya seperti Naseerudin Shah tampil tak terlalu mendominasi namun mengambil bagian penting bagi film ini. Film yang mempunyai pesan terkait toleransi beragama dengan balutan sebuah konflik di rumah bordil ini seperti yang saya singgung tadi punya peluang untuk tampil mumpuni, namun sangat disayangkan, eksekusi yang penuh ambisi yang terlampau fatal terhadap film ini terasa merusak. Sinematografi dari Gopi Bhagat cukup klop dengan cerita yang juga diiringi musik gubahan Anu Malik setidaknya cukup berperan ditengah parahnya penggarapan, apalagi dengan adanya kehadiran Amitabh Bachchan yang turut sumbangsih menyalurkan suara khasnya lewat monlog di awal film.

SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar