"Jangan
pernah lupakan sejarah" kalimat itu masih sering dipakai oleh filmmaker
guna keperluan meraih pundi demi pundi finansial sekaligus sebagai
sebuah dorongan untuk menonton film berlatar sejarah yang mana mampu
secara cepat menarik penonton. Diantara semua itu pula yang turut
menjadi ide dasar dibuatnya Begum Jaan, sebuah film yang mencoba
mengeksplorasi sejarah terkait dibuatnya
sebuah jalur di tahun 1947, setelah India merdeka dari Inggris, Raja
muda Lord Mountbatten yang dianugerahi gelar Sir Cyril Radcliffe membagi
India menjadi dua Negara bagian yaitu India dan Pakistan. Dimana Sir
Cyril Radcliffe menggambarkan dua garis di Punjab dan satu lagi di
Bengal. Garis tersebut disebut dengan nama Radcliffe Line.
Begum Jaan (Vidya Balan)yang merupakan pemimpin dari rumah bordil
yang berada di kota diantara Sakkergarh dan Dorangla. Begum menerima
seorang gadis yang telah mengalami pelecehan seksual dari orang banyak
dan dia dibuang oleh keluarganya, salah satunya seorang gadis yang
bernama Shabnam (Mishti Chakraborty). Masalah tiba tatkala rumah bordil
yang juga tempat prostitusi milik Begum Jaan ini berada pada perbatasan
wilayah antara India dan Pakistan yang membuat pembangunan jalur dapat
terhambat yang membuat kepala pemerintahan India, Hari Prasad (Ashish
Vidyarthi) dan kepala pemerintahan Pakistan, Iliyas Khan (Rajit Kapoor)
yang juga dibantu oleh Inspektur Shyam Singh (Rajesh Sharma) mendatangi
Begum Jaan untuk segera pindah, namun Begum Jaan sendiri menolak untuk
pindah dari rumahnya tersebut, masalah semakin pelik tatkala keduanya
yang berbeda paham semakin beradu konflik yang kemudian berujung pada
sebuah teror dan bahkan sebuah peperangan.
Memang ini adalah
sebuah kisah tentang bagaimana untuk mempertahankan sebuah "rumah" yang
kemudian harus berhadapan dengan ketentuan dari sebuah "aparat negara".
Diatas kertas cerita garapan Sumair Malik yang turut dibantu oleh
sokongan dialog dari Kausar Munir berdasarkan sebuah karya dari sang
sutradara, Rajkahini pada tahun 2015. Ya memang perseteruan pelik antara
"masyarakat biasa" melawan "aparat negara" ini dapat menghasilkan
sebuah kohesi yang kuat terkait "siapa yang benar dan salah" dan itu
yang menjadi pertikaian disini, Srijit Mukherji selaku sutradara
mengambl langkah yang sangat tepat dengan memilih perseteruan itu makin
klop dengan cerita dan berpotensi menampilkan sebuah permainan trik yang
memanas dan bisa saja meregang nyawa.
Ya, langkah itu
diambil secara tepat oleh Srijit Mukherji, namun permasalahannya sendiri
adalah bagaimana ia membuat statement itu terasa makin oke lewat sebuah
pengadeganan, dan itu yang menjadi masalahnya disini, ambisi Mukherji
untuk membuat sebuah "perang konflik" tampil memanas terlampau sangat
besar, hingga menyebabkan berbagai macam plot hole yang terjadi kerap
menemani eksekusinya, ditambah lagi pengadeganan yang kurang pas serta
terkesan tumpuk tindih satu sama lain, alhasil yang ia hasilkan disini
adalah sebuah kehebohan konflik yang terlihat berceeran tanpa adanya
suatu wadah yang dapat memadahi. Sangat disayangkan memang film yang
mampu tampil secara baik ini harus berakhir menjemukan akibat ambisi
yang terlalu berlebih.
Ditengah ambisi yang membuat film ini
sangat disayangkan, jajaran cast tampil menawan seolah memberikan
kontribusi yang oke meskipun kita tahu naskah yang sangat berceceran
karena konflik terasa tumpang tindih. Vidya Balan adalah magnet utama
film ini ia sukses memerankan karakter titular yang semakin berjaya
lewat perannya, begitupun dengan karakter lain seperti Ashish Vidyarthi,
Rajesh Sharma, Rajit Kapoor serta Chunky Pandey mampu membuat sebuah
lawan yang seimbang bagi Begum Jaan, dan karakter lainnya seperti
Naseerudin Shah tampil tak terlalu mendominasi namun mengambil bagian
penting bagi film ini. Film yang mempunyai pesan terkait toleransi
beragama dengan balutan sebuah konflik di rumah bordil ini seperti yang
saya singgung tadi punya peluang untuk tampil mumpuni, namun sangat
disayangkan, eksekusi yang penuh ambisi yang terlampau fatal terhadap
film ini terasa merusak. Sinematografi dari Gopi Bhagat cukup klop
dengan cerita yang juga diiringi musik gubahan Anu Malik setidaknya
cukup berperan ditengah parahnya penggarapan, apalagi dengan adanya
kehadiran Amitabh Bachchan yang turut sumbangsih menyalurkan suara
khasnya lewat monlog di awal film.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar