Sejenak
terasa bingung apakah film ini adalah sebuah film biography atau bukan,
karena diawal film ditampilkan sebuah disclaimer bahwa film ini
bukanlah sebuah biography, ok it's ok i will call this film "Inspired
by". Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membuat sebuah film
yang berbasis mengangkat sebuah tokoh (baca : biography or inspired by)
diantaranya adalah bagaimana sang
sutradara menghidupkan sebuah tokoh untuk bisa menyamai sang karakter
asli disamping itu juga sang sutradara harus membuat sebuah kejadian
atau konflik yang dialami sang tokoh asli lewat adeskripsi sebuah film
menjadi sebuah tontonan yang seolah realistik seperti mengulang sebuah
kejadian yang pernah dialami tokoh yang disadur. Lalu bagaimana
deskripsi sebuah layar yang mencoba menampilkn seorang pemain kriket
yang awalnya dicintai khalayak ramai namun tiba-tiba dibenci khalayak
ramai karena sebuah kasus? Tony D'Souza mencoba mendeskripsikannya lewat
Azhar ( Love Him, Hate Him, Judge Him)
Berawal dari keinginan
sang kakek untuk menjadikannya pemain kriket, Mohammad Azharuddin atau
yang kerap dikenal Azhar (Emraan Hashmi) kini mengabulkan keinginan sang
kakek dengan menjadi seorang pemain kriket nasional yang handal dan
dicintai banyak orang bahkan naik pangkat menjadi Kapten Kriket serta
mempunyai istri cantik hasil pilihan orang tua yang bernama Naureen
(Prachi Desai). Namun sebuah tuduhan kasus suap yang diterima oleh Azhar
agar kalah dalam pertandingan menyebabkan semuanya hilang dengan
sekejap, Azhar yang tadinya dicintai banyak orang kini menjadi terbalik,
yakni dibenci banyak orang, bahkan salah satu fans beratnya yang
bernama Meera (Larra Dutta) kini menjadi seorang pengacara yang
menuntutnya di pengadilan untuk dijebloskan ke jeruji besi. Lantas
apakah Azhar tersangka?
Mempunyai konflik yang bisa dikatakan
cukup bagus, ketika orang yang dicintai khalayak kini berbalik, sebuah
premis yang bisa dikatakan baik dimana seseorang harus membuktikan dia
tidak bersalah ditengah tuntutan jaksa dan massa, tak cuma satu konflik
saja film ini mempunyai konflik drama yang bisa berpotensi menjadi heart
warming and heart breaking tentang kasus affair antara ia dengan
seorang aktris film bernama Sangeeta Bijlani (Nargis Fakhri). Tony
D'Souza berhasil menampilkan sebuah aksi "judge" yang bisa dibilang
cukup bagus menurut saya lewat dialog-dialog yang begitu melankolis dan
saling menjatuhkan, adegan di pengadilan mampu membuat penonton naik
turun harus membela yang mana, apakah benar Azhar bersalah? atau ia
hanya dituduh? acap kali penonton larut dalam emosi yang begitu
menguras, lalu bagaimana dengan bumbu drama? Naskah arahan Rajat Arora
rupanya terlalu mengandalkan satu konflik dan melupakan konflik drama
antara Azhar dengann Naureen yang terlibat affair dengan Azhar,
sebenarnya konflik orang ketiga serta poligami mampu berpotensi heart
breaking dan heart warming, namun konflik drama yang ditampilkan hanya
seolah menghiasi layar tanpa dibekali konflik yang berlanjut. D'Souza
rupanya gagal menggabungkan dua konflik tadi, dan mengabaikan satu
konflik, ia terlalu membesarkan konflik yang satu dan lupa konflik yang
satu lagi yang berpotensi, alhasil film ini hanya berat sebelah menurut
saya.
Emraan Hashmi adalah kekuatan film ini aktingnya begitu
menawan, Larra Dutta juga tak kalah keren ia berhasil menimbulkan
antipati penonton, Kunal Roy Kapoor sebagai Reedy Pengacara Azhar
sekaligus teman dekatnya mampu memberikan gelak tawa lewat karakternya,
Prachi Desai juga tak kalah keren dan sangat disayangkan Nargis Fakhri
tampil over acting. Music arahan Amaal Malik, Pritam dan Dj Cheetas
keren sesuai irama film apalagi lagu Itni Si Baat dan Bol Do Na Zara.
Andai saja film ini seimbang antara konflik satu dengan yang lain, maka
film ini akan menjadi sajian yang keren.
0 Komentar