Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

SUPER DIDI (2016)



 Sudah barang tentu dalam sebuah hubungan keluarga terdiri dari suami, istri dan anak. Tugas suami adalah mencari nafkah, sedagkan istri mengurus anak di rumah. Acap kali timbul suatu hal terkait menganggap "remeh" dari kedua hal itu, meski bukan sepenuhnya kekeliruan. Seorang suami membenamkan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan, tak ayal jika ia sering melewati tumbuh kembang sang buah hati serta aktivitasnya sehari-hari dan menyerahkan sepenuhnya kepada sang istri. "Super Didi" garapan duet sutradara wanita, Hadrah Daeng Ratu dan Adis Kayl Yurahma, bak sebuah curahan personal mengenai kondisi tersebut.

"Didi" begitulah panggilan dari Anjani (Anjanique Renney) dan Velia (Aviela Reyna) untuk sang ayah, Arka (Vino G. Bastian). Mengembam tugas sebagai pencari nafkah bagi keluarga membuatnya sibuk di dunia pekerjaan. Suatu hari, sang istri Wina (Karina Nadila) hendak pergi ke Hong Kong selama kurang lebih satu minggu, guna membantu sahabat dekatnya, Meisya (Patty Sandya) yang tengah bertengkar dengan sang suami, Kei (Verdi Solaiman) di tengah kesibukan Arka memimpin projek di kantornya yang bernilai triliunan rupiah. Arka pun di buat kerepotan membagi waktu tugasnya, mulai dari mengantar jemput anak-anak sekolah, hingga melakukan hal sederhana, seperti mengepang rambut.
Mudah sekali menebak kemana arah laju film ini, terlebih setelah kita mengetahui bahwa pasca kepergian Wina ke Hong Kong, kedua buah hatinya akan terlibat dalam pementasan drama "Timun Mas". Naskah garapan Budhita Arini memang tak memasukan konflik besar sekalipun. Ia lebih sering mengajak penonton bagaimana melihat ketidakmampuan sang ayah dalam menangani permintaan sang buah hati. Unsur comedy tatkala momen itu terjadi pun turut sumbangsih membantu, meski tak semuanya tepat sasaran, khususnya momen tatkala Arka datang ke arisan ibu-ibu engan dandanan khas wanita. Itu sepertinya tidak perlu di tampilkan, toh itu juga tak ada di catatan buku aktivitas sang anak.

Memasuki pertengahan "Super Didi" memang masih memegang unsur serupa terkait sebuah kebersamaan antara ayah dan anak yang emudian berujung sebuah masalah. Meskipun demikian, sang ayah tak merasa terbebani, karena memang itu dilakukan demi sang buah hati tercinta. Konflik antara Arka dengan hal terkait projek triliunan rupiah pun terasa kacau, dan sang sutradara mampu menanganinya kian baik, meski beberapa terasa repetitif dan ambil "aman" sekalipun.
Vino G. Bastian selaku lead charachter mampu tampil baik dalam menangani adegan komedik dan dramatik sekalipun. Ia memang di ruweti oleh aktivitas menjaga anak serta kerjaannya, namun itu tak menyurutkannya mencuri perhatian penonton, alhasil karakternya pun terasa likeable. Begitupun dengan kedua aktris cilik pemberi keruwetan bagi Arka untuk menguji kemampuannya, Anjanique Renney dan Aviela Reyna mampu menjadi lawan sepadan bagi Vino di balik kesan cute dan gemesin yang mereka punya. Mathias Muchus pun ikut turut ambil dalam peran ringan sebagai kakek dari kedua buah hati Arka dan Wina, setelah ia lebih sering bermain dalam peran keras. Ira Maya Sopha pun turut mengisi sebagai nenek milenial masa kini yang hobi selfie.

Pencapain terbesar yang di lakukan oleh Hadrah Daeng Ratu dan Adis Kayl Nurahma adalah bagaimana mereka mengemas film ini. Unsur comedy serta dramatik tak terasa over dan mudah untuk di ikuti. Meskipun penonton tahu arah pergerakannya akan berjalan bagaimana, namun film ini sendiri mampu memberikan suguhan yang solid terkait hubungan antar keluarga terutama menjadi seorang ayah. Seperti tagline yang di usungnya "Jadi ayah itu seru!" mengukuhkan penonton, khususnya para ayah di Indonesia juga saya sendiri yang kelak akan menjadi seorang ayah, "Super Didi" pun mampu menampilkan itu semua dalam balutan kesan yang manis.

SCORE : 3.5/5



Posting Komentar

0 Komentar