Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - KKN DI DESA PENARI: LUWIH DOWO, LUWIH MEDENI (2022)

 

Berhasil mengumpulkan penonton sebanyak 9,2 juta pada masa penayangannya, membuat MD Pictures dan Pichouse Films merilis extended version dengan lebih dari 40 menit adegan baru ditambahkan (kesuluruhan durasinya sekitar 161 menit). Sebuah langkah jitu dari segi pemasaran memang, terlebih filmnya juga menampilkan 8 menit durasi sequence zero dari film Sewu Dino. Sebuah pertanyaan pun mencuat, seberapa besar dampak signifikan dari kualitasnya?.

Harus diakui, keseluruhan filmnya sebatas aksi tambal sulam dari versi teatrikalnya yang penuh dengan transisi kasar. Paruh awalnya paling berpengaruh, di mana dari awal pembuatan KKN di Desa Penari sudah di setting sebagai film yang mengetengahkan retelling lewat wawancara Nur (Tissa Biani) dan Widya (Adinda Thomas), bahkan setelahnya elemen drama turut ditampilkan antara Widya dengan sang ibu (Lydia Kandou) yang memberikan pengaruh cukup besar bagi konklusinya.

Memasuki pertengahan, KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni tak ubahnya sebuah usaha nihil signifikansi, adegan tambahannya pun tak memberikan dampak bagi narasi yang masih saja terasa membosankan dengan pacing lambat yang turut dibarengi dengan repetisi serupa. Setidaknya, KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni sempat menampilkan proker para mahasiswanya yang kelihatan tengah bekerja.

Naskah buatan Lele Laila (trilogi Danur, Qorin, Keluarga Tak Kasat Mata) dan Gerald Mamahit tak memberikan urgensi lebih selain setia pada thread buatan SimpleMan, tak jarang filmnya pun bak masih terasa bak kumpulan sketsa yang dirajut secara paksa. Berkebalikan dengan tata artistiknya yang kali ini mendapat pembaharuan, utamanya adegan yang melibatkan CGI yang terlihat meyakinkan.

Selanjutnya, perubahan terdapata pada konklusinya yang kali ini turut melibatkan keluarga dari Ayu (Aghniny Haque) dan Bima (Achmad Megantara), yang meskipun sekilas, mampu memberikan dampak emosi yang cukup. Namun, pelakon yang sebenarnya adalah Pak Prabu (Kiki Narendra), sosok kepala desa yang amat memedulikan keselamatan mahasiswanya. Berkat kepiawaian Kiki, adegan sederhana pun memiliki makna (pula wibawa) yang jauh melebihi kualitas filmnya.

SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar