Antrum: The Deadliest Film Ever Made semula menggemparkan publik pasca seseorang memberikan komentarnya di aplikasi TikTok-yang
kemudian membuka sebuah fakta baru bahwa salinan ketiga dari film
aslinya berhasil ditemukan setelah film aslinya menghilang sejak sebuah
bioskop di Budapest mengalami kebakaran ketika menayangkan film
tersebut. Seolah belum cukup mengenaskan, para penonton yang tengah
menyaksikan filmnya pun ikut terbakar (dan bahkan diduga melakukan aksi
bunuh diri) yang kemudian disusul oleh kematian seorang wanita hamil
setelahnya. Dari sini, julukan "film terkutuk" pun di berikan.
Dibuka menggunkan teknik mockumentary, Antrum: The Deadliest Film Ever Made
terlebih dahulu menyoroti pendapat para sejarawan serta para pakar yang
tengah meneliti kejadian tersebut, membuka fakta lama-yang menghabiskan
delapan menit durasi berjalan. Setelah itu, Antrum: The Deadliest Film Ever Made kemudian menampilkan sebuah Legal Notice
yang menjadi perbincangan pula penyulut kengerian kala sebuah anjuran
dari produser ditampilkan, meminta sebuah persetujuan disamping
menyatakan keenganan mereka menanggung kejadian setelahnya-yang semakin
mendebarkan kala sebuah countdown selama 30 detik berjalan. Kalimat 'watch if you dare' pun seakan menemani pernyataan.
Dari
sini cerita asli filmnya dimulai. Menampilkan sebuah keluarga yang baru
saja kehilangan anjing kesayangannya, Maxine, ketika proses eutanasia terpaksa
dilakukan. Anjing itu merupakan kepunyaan Nathan (Rowan Smyth), si anak
bungsu yang paling merasa kehilangan. Guna menghibur sang adik, Oralee
(Nicole Tompkins) mengajak Nathan untuk pergi ke sebuah hutan guna
melakukan sebuah ritual pemanggilan berbekal buku grimoire yang dipegang.
Hutan
yang menjadi tempat seseorang bunuh diri pun dipilih. Oralee yang
digambarkan sudah tahu semuanya, menunjukan sebuah tempat di mana
Lucifer pertama di turunkan di bumi, sebuah gerbang neraka bernama
Antrum. Sementara ritual dilakukan, penonton diajak untuk mengamati
prosesnya hingga kemunculan seekor tupai muncul-yang kemudian diduga
sebagai jelmaan iblis. Setidaknya itu menurut Oralee yang lantas
mengajak Nathan untuk mengusirnya.
Ditulis dan disutradarai oleh David Amito dan Michael Laicini, Antrum: The Deadliest Film Ever Made dibungkus dalam teknik gambar layaknya film 70-an dengan rasa retro yang khas. Sesekali, distori musik diterapkan secara pelan (yang nantinya dijelaskan dapat mempengaruhi seseorang ketika menonton) lewat sebuah ambient yang menguarkan sebuah kengerian. Paling mengendap di kepala adalah kala bunyi terompet dimasukan, menyiratkan kita akan sebuah tiupan sangkakala ketika hari kiamat tiba.
Selebihnya, Antrum: The Deadliest Film Ever Made tak ubahnya sebuah film yang hanya mengandalkan peristiwa dan gimmick semata kala perjalanan alurnya kerap mengalami kebingungan. Ini terjadi kala filmnya sepenuhnya meninggalkan sebuah ritual-sementara barisan simbol sigils dimainkan. Benar, sigil memang erat kaitannya dengan ritual, tetapi apa yang dilakukan pembuatnya mengeliminasi narasi yang semula seputar pemanggilan menjadi pengetahuan beragam simbol satanis. Perpindahan ini tentulah berjalan kasar, meski tak sepenuhnya bisa dibilang inkoheren.
Beberapa simbolnya membuka sebuah pengertian baru-yang saya yakin kebanyakan penonton sudah pada tahu. Antrum: The Deadliest Film Ever Made kemudian berjalan ke ranah psychological-horror pasca sebuah twist usang dimainkan. Filmnya memang ambigu, dan Antrum: The Deadliest Film Ever Made menerapkan itu dengan memasukan beragam elemen baru. Paling berhasil adalah yang melibatkan unsur psikologis, di mana kehadirannya berhasil memberikan sebuah impact terhadap konklusi.
Konklusinya memang sesuai dengan sasaran-meski perjalanan sebelumnya adalah sebuah ketidakonsistenan. Amito dan Laicini mempunyai ambisi yang besar dalam menghadirkan penceritaan berbekal segala ilmu persetanan. Ini tentu dapat menciptakan sebuah tontonan yang berjalan sesuai harapan apabila kebingungan tak sempat menemui jalan.
Ingin rasanya saya menyukai Antrum: The Deadliest Film Ever Made terlepas dari gimmick tak perlu yang hanya sebuah kekosongan setelah kenyataan sebenarnya ditampilkan. Ditutup kembali dengan sebuah mockumentary, filmnya kembali menampilkan seorang cendekiawan yang membuka pernyataan mengenai alfabet rune yang hadir sepanjang film dan milik iblis bernama Astaroth. Setelah Baphomet, Cerberus, pernyataan tersebut tak ubahnya informasi sambil lalu yang kehadirannya sebatas memberi tahu. Tak lebih dari itu.
SCORE : 3/5
Ditulis dan disutradarai oleh David Amito dan Michael Laicini, Antrum: The Deadliest Film Ever Made dibungkus dalam teknik gambar layaknya film 70-an dengan rasa retro yang khas. Sesekali, distori musik diterapkan secara pelan (yang nantinya dijelaskan dapat mempengaruhi seseorang ketika menonton) lewat sebuah ambient yang menguarkan sebuah kengerian. Paling mengendap di kepala adalah kala bunyi terompet dimasukan, menyiratkan kita akan sebuah tiupan sangkakala ketika hari kiamat tiba.
Selebihnya, Antrum: The Deadliest Film Ever Made tak ubahnya sebuah film yang hanya mengandalkan peristiwa dan gimmick semata kala perjalanan alurnya kerap mengalami kebingungan. Ini terjadi kala filmnya sepenuhnya meninggalkan sebuah ritual-sementara barisan simbol sigils dimainkan. Benar, sigil memang erat kaitannya dengan ritual, tetapi apa yang dilakukan pembuatnya mengeliminasi narasi yang semula seputar pemanggilan menjadi pengetahuan beragam simbol satanis. Perpindahan ini tentulah berjalan kasar, meski tak sepenuhnya bisa dibilang inkoheren.
Beberapa simbolnya membuka sebuah pengertian baru-yang saya yakin kebanyakan penonton sudah pada tahu. Antrum: The Deadliest Film Ever Made kemudian berjalan ke ranah psychological-horror pasca sebuah twist usang dimainkan. Filmnya memang ambigu, dan Antrum: The Deadliest Film Ever Made menerapkan itu dengan memasukan beragam elemen baru. Paling berhasil adalah yang melibatkan unsur psikologis, di mana kehadirannya berhasil memberikan sebuah impact terhadap konklusi.
Konklusinya memang sesuai dengan sasaran-meski perjalanan sebelumnya adalah sebuah ketidakonsistenan. Amito dan Laicini mempunyai ambisi yang besar dalam menghadirkan penceritaan berbekal segala ilmu persetanan. Ini tentu dapat menciptakan sebuah tontonan yang berjalan sesuai harapan apabila kebingungan tak sempat menemui jalan.
Ingin rasanya saya menyukai Antrum: The Deadliest Film Ever Made terlepas dari gimmick tak perlu yang hanya sebuah kekosongan setelah kenyataan sebenarnya ditampilkan. Ditutup kembali dengan sebuah mockumentary, filmnya kembali menampilkan seorang cendekiawan yang membuka pernyataan mengenai alfabet rune yang hadir sepanjang film dan milik iblis bernama Astaroth. Setelah Baphomet, Cerberus, pernyataan tersebut tak ubahnya informasi sambil lalu yang kehadirannya sebatas memberi tahu. Tak lebih dari itu.
SCORE : 3/5
0 Komentar