Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

THE BEGUILED / GOOD TIME/ THE KILLING OF A SACRED DEER (2017)

The Beguiled (2017)

Di adaptasi dari novel A Painted Devil karya Thomas P. Cullinan, The Beguiled mengisahkan tentang Kopral John McBurney (Colin Farrell) yang terluka parah yang kemudian di temukan dan dirawat di sebuah sekolah di Virginia yang di pimpin oleh Martha Fansworth (Nicole Kidman). Kesediaan Miss Martha merawat John yang memang notabene-nya berada di pihak musuh bukan hanya semata sebuah keinginan, melainkan ia mengikuti sesuai ajaran Katolik yang dianutnya. Kehadiran John justru membuat Edwina Morrow (Kristen Dunst) selaku seorang guru disana dan juga sang murid Alicia (Elle Fanning) yang senantiasa berusaha mencari dan mencuri kesempatan untuk bertemu John. Disinilah film arahan Sofia Coppola tampil menggelora, pertanyaan terkait relasi para wanita yang menolong John di permainkan begitu luwes, kita tak tahu apakah semua itu dilakukan sesuai ajaran agama yang dianut ataukah demi kepentingan lain terkait rasa serta hasrat yang menggelora?. Sebuah period drama yang membungkus perlawan Miss Fansworth beserta muridnya terhadap represi patriarki yang menyentuh ranah abusive. The Beguiled menyenggol ruang lingkup thriller dengan drama terkait rasa yang begitu menawan seiring mulusnya kinerja Coppola mengatur film, sama halnya dengan para cast yang bermain mumpuni, Nicole Kidman mampu menjadi seorang leader bagi para muridnya, Kristen Dunst bermain dengan ruang lingkup rasa hingga Elle Fanning sebagai penyulut hasrat birahi. Ditemani visual kelas wahid dari Philippe Le Sourd serta balutan tata dekorasi Amy Beth Silver. The Beguiled sedari pembuka tampil layaknya dunia fairy tale, hanya saja kali ini dongeng tersebut tak seindah yang di bayangkan, terhempas akibat hasrat dan ego manusia. (4/5)


Good Time (2017)

Good Time garapan Safdie Brothers menekankan pada sebuah relasi adik-kakak, mereka adalah Connie (Robert Pattinson) yang mengajak sang adik, Nick (Ben Safdie) penderita keterbelakangan mental yang sulit berkomunikasi serta bersosialisi untuk having a good time dengan cara merampok Bank. Film menyoroti bagaimana kedua adik-kakak ini menjalankan misi utama dengan segala konsekuensi yang harus ditanggung. Mengajak penonton untuk berlari bersama serta menyelamatkan diri dari polisi. Nick memang tertangkap, dan sang kakak berusaha menyelamatkannya. Sekilas cerita yang tampil tipis itu memang biasa tampil secara klise, namun Safdie Brothers mampu menaikkan tensi cerita dengan begitu mumpuni, bermain dengan sajian aksi kejar-kejaran yang mencekat sekaligus mencekik dalam waktu bersamaan. Represi terkait relasi adik-kakak memang ditekankan, begitupun dengan sajian aksi yang turut tampil sama. Good Time memang judul yang ironis, karena arakter utama kita memang not having a good time. Kilauan lampu neon yang mencolok ditemani musik elektronik dari Oneohtrix Point Never yang menderu mengeksalisasi setiap momen. Robert Pattinson bermain begitu mumpuni disini dengan tampilan penuh jenggot hingga sikapnya yang rebellion namun memiliki jiwa keluarga yang besar dibalik kelakuan serta tampilan urakannya. Ben Safdie tak hanya piawai mengarahkan film, ia mampu berakting dengan begitu baik sama halnya dengan ia menyusun keping demi keping film ini, menampilkan karakter yang innocent sekaligus menarik simpati penonton. Good Time memang bermain dengan kesan "ugly" namun ia mampu menyuntikkan sebuah impact yang begitu besar, baik itu bagi karakternya hingga kita selaku penonton. (4/5)

The Killing of a Sacred Deer (2017)

Dalam naskah pertunjukan Iphigenia in Aulis yang dipentaskan pada 405 SM, Agamemmon, pemimpin koalisi Yunani, tidak sengaja membunuh rusa suci milik Artemis. Sebagai balasan, Artemis mengirim badai, memaksa Agamemmon mengorbankan puterinya, Iphigenia, agar badai itu berhenti. Dalam The Killing of a Sacred Deer seorang keluarga ahli bedah, Steven (Colin Farrell) akan mati jika ia tak mengorbankan salah satu dari anaknya, hal itu terjadi akibat kelalaian terhadap pasien pada saat operasi, dan disini kita tahu, Steven mewakili Agamemmon. Martin (Barry Keoghan) putra dari sang pasien yang sering berkunjung ke Rumah Sakit tempat Steven bekerja untuk sekedar check up dan bertemu dengn Steven. Steven dan Martin kemudian menjadi dekat, kunjungan ke rumah dan bertemu keluarga Steven pun mulai sering terjadi. Martin memang seolah datang begitu saja pada kehidupan Steven, awalnya memang biasa, namun seiring waktu berjalan Martin mulai menjadi sebuah hama sekaligus ancaman bagi keluarga Steven. Dan disini Martin mewakili Artemis. Sama halnya dengan film The Lobster, Yorgos Lanthimos memang kerap tampil aneh dan bisa dibilang berani dalam menyuarakan kesan ambigu. Kita tahu, Lanthimos kerap bermain ambigu terhadap karakternya, dan itu pun terjadi disini. Karakerisasi terkait penokohan karakter pun sulit untuk di prediksi. Representasi terkait cerita memang tak terlalu dijabarkan secara subtil, Lanthimos membiarkan karakter juga penonton menerka kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Itu semua tampil secara efektif, kesan klaustrofobik kerap tampil begitu cepat dan tepat berada pada ritme. Permainan konflik batin karakter pun turut ditekankan. The Killing of a Sacred Deer mengeksplorasi terkait konsekuensi dan keadilan, menghukum siapa saja pelaku kejahatan dan meminta sebuah pertanggungjawaban. Drama menjadi Kama itulah yang harus dihadapi keluarga Steven. (4/5)

Posting Komentar

0 Komentar