Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MOHENJO DARO (2016)

Bukan sebuah trik yang baru, trik ini pernah digunakan Ashutosh Gowariker di film epic love story sebelumnya, Jodhaa Akbar dan disusul oleh Bajirao Mastani arahan Sanjay Leela Bhansali di film terpopuler yang menyabet banyak penghargaan, lalu yang teranyar Mirzya. Lalu apakah yang akan dilakukan Gowariker pada film ini, apakah memadukan semua unsur film pendahulunya, ataukah menjadikannya beda dengan bantuan directoring yang luar biasa serta efek CGI yang mumpuni? Let's check this out....

Sarman (Hrithik Roshan) seorang laki-laki biasa dari desa yang pergi ke sebuah kerajaan impian, Mohenjo Daro. Disana ia bertemu dengan Chaani (Pooja Hedge) seorang putri kerajaan yang telah membuat Sarman terpana, rupanya perbedaan kasta menghalangi cinta mereka, sang putri akan dijodohkan dengan Moonja (Arunoday Singh) yang tak lain adalah putra dari sang Maham (Kabir Bedi). Belakangan terungkap bahwa Sarman adalah putra dari raja Mohenjo Daro yang dikudeta oleh manusia berjiwa iblis. Bagaimanakah perjuangan hidup dan cinta Sarman di Negeri Mohenjo Daro?

Mohenjo Daro sebuah film epic yang seperti tidak mempunyai arah tujuan kemana ia akan berlayar, di paruh awal, oke film ini menampilkan aksi menawan sang hero, Hrithik Roshan yang melawan buaya besar yang terlihat jauh dari kesan mewah, efek CGI nya masih mentah serta bangunan kerajaan terlihat seperti miniatur tempelan, oke kembali ke awal, Mohenjo Daro rupanya tak mampu memberikan sebuah epic movie, ia kebingungan di paruh awal yang menyebabkan film ini terpuruk dan tersesat diantara jalan yang berliku. Gowariker tak mampu memberikan sebuah introduce yang menarik diawal film.

Gowariker juga membuat penonton bingung, apa sebenarnya motif yang akan ia tampilkan di film ini, apakah memfokuskan romantisme atau adventure epic, diawal film adalah penyebab dari penyakit film ini, film ini tak mampu menyokong cerita dan membuat cerita makin hidup, yang ada hanyalah Gowariker membuat film ini perlahan-lahan tenggelam. Oke, memang harus diakui performance Hrithik Roshan di film pertamanya di tahun 2016 memang harus diacungi jempol, ia setidaknya adalah nyawa dari film ini, serta Kabir Bedi yang tak kalah keren memerankan sosok antagonisnya.

Setelah Interval, film ini mulai menampakan batang hidungnya, Gowariker rupanya terlalu irit dalam menampilkan sebuah konflik yang besar di awal film, dan sengaja menumpukan dan kemudian mengakhirinya menjelang ending film. Memang sebuah kesalahan yang susah untuk dibilang kecil, apalagi film ini diperparah dengan sokongan cerita yang kurang nyantol dan nonjok, dan kemudian dibuat lebih parah lagi dengan visual effet CGI yang jauh dari kata mumpuni, adegan bencana (baca : banjir) hanya sekedar tempelan dan mengisi kekosongan belaka. Andai saja Gowariker mampu membuat sajian epic adventure dengan tambahan bumbu romantis yang sinkron dan solid, yang kemudian ditunjang oleh script dan visual effect CGI yang mumpuni, maka Mohenjo Daro akan berada sejajar dengan Bajirao Mastani.

Overall, MOHENJO DARO film yang berbudget lebih dari 100 crore hanya sebuah sajian epic adventure dan romantisme bullshit semata
dan semua terasa hampa.

Posting Komentar

0 Komentar